Lebaran Tak Lengkap tanpa Ketupat (1)

Rep: c73/ Red: Damanhuri Zuhri

Jumat 25 Jul 2014 23:54 WIB

Tradisi Kenduri Ketupatan di Binjai. Foto: Antara Tradisi Kenduri Ketupatan di Binjai.

REPUBLIKA.CO.ID,

Di Sumatra, ketupat biasanya disantap bersama kari atau gulai.

Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran tinggal menghitung hari. Menyambut hari kemenangan itu, beragam sajian lezat pun disiapkan. Mulai dari minuman, kue, lauk-pauk, dan yang tak pernah ketinggalan adalah ketupat.

Bagi umat Islam di Indonesia, tak lengkap rasanya berlebaran tanpa hadirnya ketupat dan opor ayam atau gulai di meja makan.

Ketupat atau kupat sejatinya merupakan sajian khas Asia Tenggara berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa yang masih muda (janur).

Saat Lebaran, ketupat biasanya disantap bersama opor ayam. Ada juga yang menyantapnya bersama kari dan gulai. Ketupat juga dapat dihidangkan bersama satai. Hanya saja, satai lebih kerap ditemani lontong.

Selain populer di Indonesia, ketupat juga dikenal di sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia,  Brunei, dan Singapura. Di Filipina pun ada makanan mirip ketupat yang disebut bugnoy. Hanya saja, bugnoy memiliki pola anyaman yang berbeda dari ketupat.

Pakar kuliner William Wongso mengatakan, ketupat lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat di luar Jawa, seperti Sumatra. Sedangkan, masyarakat Jawa umumnya membuat lontong. “Bahan dasar keduanya sama, namun tekstur ketupat lebih keras dan proses memasaknya lebih lama,” katanya.

Selain itu, chef Nugraha Ali Gunawan menjelaskan, hidangan ketupat dan opor ayam yang populer di Indonesia sebenarnya merupakan pengaruh dari budaya dan tradisi Cina.

“Seperti adanya lontong cap go meh yang merupakan adaptasi dari masakan peranakan Tionghoa di Indonesia,” kata advisory chef Fonterra Brands Indonesia ini.

Terpopuler