REPUBLIKA.CO.ID,
Lebih lanjut Prof Tjandra mengungkapkan seringkali pemudik terutama yang mengemudikan mobil, mengonsumsi "obat/minuman penambah tenaga". Padahal hal itu tidak selalu berakibat baik.
''Karena itu sebaiknya gunakan "isyarat tubuh", yaitu bila lelah beristirahatlah dulu, karena keselamatan berkendara adalah yang paling utama,'' ujarnya menyarankan.
Bila mudik bersama anak-anak, sambung Prof Tjandra, bawalah obat yang perlu dikonsumsi anak-anak pada keaadaan tertentu, misalnya demam, diare, batuk dan lain-lain.
Ia juga mengingatkan para pemudik untuk membawa serta obat-obat persediaan penghilang gejala yang lain, seperti obat mual, gangguan lambung, sakit perut, sakit kepala dan lain-lain.
''Yang perlu diperhatikan, obat anti mual juga menyebabkan kantuk, sehingga kalau pengemudi tidak ada pengganti cadangan, jangan mengonsumsi obat penghilang anti mual,'' jelasnya.
yang juga tidak boleh dilupakan oleh para pemudik, kata Prof Tjandra, adalah kotak pertolongan pertama pada Kecelakaan (plester, pencuci luka, verband dan lain-lain), untuk persiapan dan mudah-mudahan tidak digunakan.
''Jaga kebersihan makanan yang dikonsumsi selama mudik dan jangan sampai memakan makanan yang tidak higienis sehingga bisa menimbulkan gangguan pencernaan,'' ujarnya.
Bila pulang kantor malam hari dan harus mengendarai motor/mobil, kata Prof Tjandra, sebaiknya jangan langsung mudik. ''Beristirahlah dulu sehingga mudik dalam keadan segar, fit dan bugar,'' ujarnya mengingatkan.
Sebelum berangkat, kata dia, ada baiknya berkonsultasi dengan petugas kesehatan dan manfaatkanlah petugas kesehatan yang bertugas di Pos Kesehatan Mudik sepanjang jalan.