Menuju Kegembiraan (1)

Rep: c78/ Red: Damanhuri Zuhri

Kamis 24 Jul 2014 16:24 WIB

 Warga saling memaafkan dan berjabat tangan usai mengikuti Shalat Idul Fitri di pelataran jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (8/8).  (Republika/ Yasin Habibi) Warga saling memaafkan dan berjabat tangan usai mengikuti Shalat Idul Fitri di pelataran jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (8/8). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,

Mudik menunjukkan masyarakat menjaga pentingnya silaturahim.

Tinggal hitungan hari, Ramadhan terlewati. Umat Islam kemudian akan menyambut Idul Fitri. Namun, apa maknanya Idul Fitri? Pakar tafsir Alquran Muchlis M Hanafi menyatakan Idul Fitri tak bisa dimaknai sebagai hari kemenangan.

Muchlis beralasan, hari kemenangan, yakni ketika umat manusia telah menghadapi akhirat dan memperoleh kebaikan surga Allah.

“Lebih tepat Idul Fitri disebut hari kegembiraan. Saat semua orang bersukacita berhasil melewati latihan selama Ramadhan,” katanya, Rabu (23/7).

Kemudian, mereka konsisten dengan apa yang dipetiknya melalui Ramadhan. Mereka yang bakal meraih kemenangan pada hari akhir adalah mereka yang setelah Ramadhan berperilaku lebih baik dari sebelumnya serta istiqamah melakukan amal kebaikan.

Ia menambahkan, Idul Fitri memang baik menjadi saat saling memaafkan. Namun, jangan sampai seseorang menunggu Lebaran untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Selain itu, mestinya hari raya itu mampu menyambungkan kembali tali silaturahim.

Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan, Idul Fitri memang tak terlepas dari tujuan Ramadhan melatih mengendalikan hawa nafsu. Jadi, mabrurnya Ramadhan tak diukur dari proses selama puasa, tetapi juga perilaku setelah Ramadhan.

Ia menjelaskan, Ramadhan merupakan masa pelatihan. Saat itu, hati dan pikiran ditempa agar terampil mengendalikan hawa nafsu selama sebulan. Bila terjadi perubahan perilaku lebih baik, itu menunjukkan seseorang melewati Ramadhan dengan baik.

Lalu, ia merujuk keadaan ini dengan tradisi mudik. Menurut Nasaruddin, mudik yang dilakukan seseorang yang berhasil saat Ramadhan tak hanya fisik dalam rangka mempererat silaturahim dengan keluarga, tetapi juga mudik spiritual. Maknanya, ia menjadi manusia baru karena berhasil kembali ke fitrah.

“Orang itu jadi lebih semangat bekerja, rajin beribadah, dan konsisten beramal di luar selain Ramadhan,” katanya.

Pada pertengahan Juli lalu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyarankan agar pada Idul Fitri setiap orang memanfaatkannya untuk menyudahi semua sengketa.

Terpopuler