REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Warga Muslim Indonesia tampak bergegas memasuki sebuah aula yang terletak di dalam taman lindung di Silver Spring, Maryland. Mereka adalah anggota Asosiasi Muslim Indonesia di Amerika atau IMAAM yang akan melakukan ibadah sholat Jumat.
Organisasi IMAAM awalnya dibentuk karena adanya kekhawatiran akan masalah pendidikan agama bagi anak-anak generasi kedua Indonesia di Amerika.
Arif Mustofa, Presiden IMAAM mengatakan, tantangan terbesar para orang tua ketika mendidik anak-anak di lingkungan asing adalah pressure, peer pressure dan teman-teman di sekolah. "Jadi selalu kami ingatkan kepada orang tua dan Jemaah kami bahwa institusi kami ini adalah memberikan keilmuan dasar," kata dia.
Dengan fokus pada pendidikan agama, pembinaan akhlak, akidah dan keilmuwan, IMAAM juga membuka madrasah untuk anak usia balita hingga SMA. Manfaat madrasah memang dirasakan banyak anggota IMAAM, seperti Yusi yang kerap membawa kedua anaknya setiap minggu.
“Yang saya rasakan selama ini, anak-anak ya lebih bonding dengan teman-temannya yang sesama Indonesia, karena selama ini kan dia sekolah dengan teman-temannya, jadi saya ingin mereka menyadari kalau mereka ada darah Indonesia,” ujar Yusi Ahmad, salah satu anggota IMAAM.
Tapi sejak pertama berdiri tahun 1993, IMAAM belum memiliki tempat sendiri yang bisa dipakai untuk menjalankan berbagai aktivitasnya.
“Organisasi kami ini selama 20 tahun berbentuk virtual, jadi banyak kegiatan tapi kami tidak punya fasilitas, fasilitas itu kita selalu sewa buat sholat Jumat, buat Madrasah, buat Sunday School, buat program-program yang lain,” jelas Arif Mustofa.
Walau sholat Jumat kali ini masih menyewa tempat, namun warga IMAAM boleh bersuka cita karena mereka akan segera memiliki masjid baru, tak jauh dari lokasi ini.
“Kami excited, kami sangat bangga, juga sangat semangat untuk menggunakan masjid baru ini, terutama selama ini kami sudah bberapa tahun belakangan menyewa dari satu tempat ke tempat lain. Masjid ini merupakan tempat yang kita nanti-nantikan untuk kita gunakan,” kata salah satu anggota IMAAM Tenri Parani.
“Kalau kami tilas balik kepada perjuangan organisasi kami ini sudah 20 tahun ya, long struggle bagi kami untuk mempunyai sebuah rumah ibadah, rumah Allah sendiri sebagai tempat pusat ibadah kami, sebagai tempat kawah candradimuka untuk jemaah kami, itulah satu-satunya tujuan yang harus kami capai," tambah dia.
IMAAM yang kini memiliki sekitar dua ribu anggota tentunya akan semakin dapat menjalankan misinya setelah memiliki masjid sendiri