Hitungan Niat Puasa Ramadhan (2-habis)

Red: Chairul Akhmad

Rabu 23 Jul 2014 17:12 WIB

Niat dalam setiap amalan ibadah memegang peranan penting. Foto: Tahta Aidilla/Republika Niat dalam setiap amalan ibadah memegang peranan penting.

Oleh: Hafidz Muftisany

Mengenai apakah niat puasa Ramadhan harus diulang setiap hari atau cukup sekali diawal para ulama berbeda pendapat.

Menurut Mazhab Maliki cukup berniat sekali saja untuk puasa yang bersambung hari-harinya seperti halnya puasa Ramadhan.

Bahkan, Syekh Ali Jum'ah menyebut para ulama dari kalangan Hanafi seperti Zufar dan Atha' tidak mensyaratkan niat khusus puasa Ramadhan karena pausa tersebut adalah fardhu. Selama seseorang telah melaksanakan puasa dengan menahan diri dari makan dan minum dan hal-hal yang membatalkannya maka puasanya tersebut sah.

Kalangan ulama dari mazhab lain seperti Syafi'i berpendapat jika niat puasa Ramadhan harus dilakukan setiap hari. Niatnya dilakukan pada malam hari sebelum terbit fajar. Orang yang berpuasa, menurut kalangan Syafi'i, juga wajib menentukan jenis puasa yang hendak ia lakukan jika puasa tersebut bersifat wajib.

Bagaimana jika orang tersebut lupa berniat saat malam hari? Apakah makan sahur bisa menggantikan niat puasa? Imam Syafi’i berpendapat makan sahur tidak dengan sendirinya dapat menggantikan kedudukan niat, kecuali apabila terbersit dalam hatinya maksud untuk berpuasa.

Menurut mazhab lain, jika sahur dilakukan pada waktu tengah malam hingga sebelum fajar maka sahur bisa menggantikan niat. Karena makan sahur termasuk dari kehendak melaksanakan puasa Ramadhan. Namun, jika makan sahur dilakukan sebelum tengah malam maka ia tidak bisa menggantikan niat.

Mantan ketua umum MUI KH Sahal Mahfudz dalam solusi permasalahan umat mengatakan, seyogianya seseorang benar-benar memperhatikan kedudukan niat. Beberapa penjelasan tentang niat adalah pertama dilakukan pada waktunya. Dalam kitab fikih sering disebut tabyitun niyyah. Waktu puasa seperti dijelaskan di atas.

Kedua, menentukan jenis puasa wajib apa yang akan diamalkan. Ketiga memastikan niat puasa untuk satu jenis puasa saja. Sebagai contoh jika pada 29 Sya'ban seseorang berniat untuk berpuasa esok hari. Jika sudah masuk Ramadhan ia niatkan puasa Ramadhan, jika belum diniatkan untuk puasa sunah. Niat jenis ini dianggap tidak sah.

Keempat, niat dilakukan setiap hari untuk satu hari puasa (ta’addudun niyah bi ta’addudil ayyam). Satu kali niat hanya berlaku untuk satu hari puasa, karena setiap hari puasa adalah ibadah tersendiri yang tidak berhubungan atau terkait dengan hari puasa yang lain, seperti hanya satu shalat (Subuh, misalnya) adalah ibadah tersendiri yang tidak berhubungan dengan shalat lain (Zhuhur, misalnya).