REPUBLIKA.CO.ID, Eni Susiarni (23 tahun) menyatu dengan kerumunan. Pada Ahad (20/7) pukul 16.00 WIB, ia bergerak bersama pengunjung lainnya menuju jalur masuk Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. “Belanja buat Lebaran,” katanya di antara lalu-lalang orang.
Dari rumahnya di kawasan Ciledug, ia naik sepeda motor bersama suaminya. Ia juga membawa serta anaknya yang berusia sembilan bulan. Sore itu, tangannya menenteng dua kantong belanjaan. Isinya baju untuk ia sekeluarga dan oleh-oleh untuk keponakan di kampung.
Meski lelah dan berdesakan, Eni tetap memilih Tanah Abang. Ia beralasan, harganya murah dan barangnya beragam. “Saya dapat tiga baju koko Rp 200 ribu, lumayan,” ujarnya. Dengan harga terjangkau, ia merasa bujet Rp 1 juta dari suaminya cukup.
Suami Eni, Heri Purwanto (29), menjelaskan, setiap tahun ia sengaja mengalokasikan dana Lebaran dari uang tunjangan hari raya (THR). Alasan momen Lebaran yang hanya setahun sekali membuatnya tak keberatan mengalokasikan dana besar.
“Sebagian dikirim ke kampung halaman, sebagian lagi untuk istri belanja Lebaran,” kata Heri. Sri Anggraeni (25) bahkan bertolak dari Pulau Seribu untuk berbelanja di Tanah Abang. “Sudah beres belanja, sekarang ingin pulang naik kapal,” katanya.
Ia pergi ke Tanah Abang bersama empat anggota keluarga lainnya, yaitu bapak, adik laki-laki, ibu, dan sepupunya. Mereka menghabiskan ongkos Rp 450 ribu untuk sampai ke Tanah Abang. Sri menyatakan, sengaja belanja keperluan Lebaran. Di Pulau Seribu, kata dia, tidak ada apa-apa.
Ia mempersiapkan anggaran Rp 6 juta. Sumbernya dari THR dan tabungan selama Ramadhan. Ia menyebut, orang lain bisa sampai Rp 7 juta hingga Rp 8 juta. Ia membeli baju anak, baju dewasa, sepatu, dan sajadah.
Keramaian juga ditemukan di Mal Pejaten Village, Jakarta Selatan. Pada Sabtu (19/7) pukul 21.00 WIB, suasana makin ramai. Pemicunya, ada program midnight sale, yakni belanja dengan diskon besar-besaran hingga tengah malam.
Para pengunjung sibuk memilah barang belanjaan. “Jarang-jarang belanja di mal dengan diskon besar,” kata salah seorang pengunjung, Ratih Rianti. Pada awalnya, ia datang untuk berbuka puasa dengan teman sekampus.
Namun, melihat ada program, midnight sale ia pun tergoda untuk berbelanja. “Lumayan untuk Lebaran,” katanya. Menurut Ustaz Erick Yusuf, khusyuk memilah barang belanjaan diperbolehkan agar tak salah pilih dan puas dengan apa yang dibeli.
Erick juga mengingatkan, tradisi belanja menjelang hari raya tetap harus dalam kewajaran. Jangan sampai terlibat dalam perilaku berlebih-lebihan. “Baik menyambut Lebaran dengan kesenangan, tapi jangan konsumtif,” katanya, Senin (21/7).
Menurut dia, masyarakat mesti bijak menggunakan uang tabungan ataupun THR. Idealnya, lanjut dia, uang yang diputar di hari raya Idul Fitri lebih banyak dialokasikan untuk berbagi, baik dalam bentuk zakat dan sedekah, ketimbang berbelanja secara berlebihan.
Sebab, kata pendiri pelatihan Integrated Human Quotient (iHAQi) ini, sejatinya Idul Fitri mengarahkan setiap Muslim kepada kesucian jiwa.