Qais bin Saad, Ahli Strategi Pemberani (2-habis)

Red: Chairul Akhmad

Selasa 22 Jul 2014 14:12 WIB

Qais bin Saad adalah seorang pemuda lihai, mahir, dan cerdik. Foto: Esplie Qais bin Saad adalah seorang pemuda lihai, mahir, dan cerdik.

REPUBLIKA.CO.ID, Sesungguhnya, keberanian sejati memancar dari kepuasan pribadi orang itu sendiri. Kepuasan ini bukan karena dorongan hawa nafsu dan keuntungan tertentu, tetapi disebabkan oleh ketulusan diri pribadi dan kejujuran terhadap kebenaran.

Demikianlah, sewaktu timbul pertikaian antara Ali dan Muawiyah, Qais memencilkan diri. Dia terus berusaha mencari kebenaran dari celah-celah kepuasannya itu. Hingga akhirnya, demi melihat kebenaran itu berada di pihak Ali, bangkitlah ia, tampil di samping sepupu Rasulullah itu dengan gagah berani.

Di medan Perang Shiffin, Jamal, dan Nahrawan, Qais merupakan salah seorang pahlawan yang berperang tanpa takut mati. Dialah yang meneriakkan bendera Anshar dengan kata-kata, "Bendera inilah bendera persatuan!"

Keberanian Qais mencapai puncak dan kematangannya sesudah syahidnya Ali dan dibaiatnya Hassan. Sesungguhnya Qais memandang Hassan RA sebagai tokoh yang cocok menurut syariat untuk jadi Imam (Kepala Negara), maka ia pun berbaiat kepadanya. Qais berdiri di samping Hassan sebagai pembela, tanpa mempedulikan bahaya yang akan menimpanya.

Ketika perang telah mencapai puncaknya dan Hassan menderita luka-luka kemudian membaiat Mu'awiyah, maka tanggungjawab pasukan ada di pundak Qais.

Ia mengumpulkan mereka semua, kemudian berkata, "Jika kalian menginginkan perang, aku akan tabah berjuang bersama kalian hingga salah satu di antara kita dijemput maut terlebih dahulu. Namun, jika kalian memang memilih perdamaian, maka aku akan mengambil langkah-langkah untuk itu."

Pasukannya memilih yang kedua. Maka mereka meminta jaminan keamanan dari Mu'awiyah yang kemudian memberikannya dengan suka cita. Mu'awiyah merasa takdir telah membebaskannya dari musuhnya yang terkuat, paling gigih, serta berbahaya!

Pada tahun 59 H, di Kota Madinah Al-Munawwarah, telah pulang ke rahmatullah seorang pahlawan. Seorang pemberani yang dengan keislamannya dapat mengendalikan kecerdikan dan keahlian tipu muslihat menjadi obat penawar bisa.

Lelaki yang pernah berkata, "Kalau tidaklah aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Tipu daya dan muslihat licik itu di dalam neraka,' Niscaya akulah yang paling lihai di antara umat ini!" itu pun menemui Rabb-nya. Meninggalkan nama harum sebagai seorang laki-laki yang jujur, terus terang, dermawan dan berani. (101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni)

Terpopuler