Berharap Malam Seribu Bulan (1)

Rep: c67/c78/ Red: Damanhuri Zuhri

Selasa 22 Jul 2014 04:15 WIB

Iktikaf Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang Iktikaf

REPUBLIKA.CO.ID.

Jamaah iktikaf lebih ramai pada bilangan malam-malam ganjil Ramadhan.

Ratusan jamaah mulai memenuhi Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, sejak Jumat (18/7) malam.

Satu tujuan mereka beriktikaf, memanfaatkan sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk beribadah. Juga, berharap memperoleh malam Lailatul Qadar.

Sebuah malam yang kebaikannya lebih dari seribu bulan. Ustaz Bachtiar Nasir hadir dalam pembukaan kegiatan iktikaf itu.

Dari pukul 22.00 hingga 23.00 WIB, ia menyampaikan tausiyah. Ia mengajak jamaah bertadabur atau memahami dan mengambil pelajaran dari Alquran.

Menurut Ustaz Bachtiar, iktikaf momen terbaik untuk memahami kitab suci Alquran. Periwayat hadis Imam Bukhari berhenti mengumpulkan hadis sahih kemudian fokus pada Alquran. Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab, menghentikan aktivitas lain dan beralih ke Alquran.

Wiwit, warga Pondok Gede, sudah dua tahun ini mengikuti iktikaf di At-Tin. Ini merupakan tahun keduanya. Ia menuju At-Tin seusai shalat Tarawih di rumahnya. Tekadnya, menambah ilmu agama yang disampaikan para ustaz. “Saya juga ingin keimanan lebih meningkat.”

Heri, warga Cikarang, Bekasi, berangkat bersama istrinya. Mereka bersama-sama menjalani iktikaf. Meski demikian, ia mengaku tak beriktikaf secara penuh hingga akhir. Sebab, ia harus pulang ke rumah dan masuk kerja.

Di luar ruang utama masjid, banyak jamaah lain bersama keluarganya menjalani kegiatan yang sama. Mereka membawa bekal selama menetap di masjid. Abdul Latif, panitia iktikaf Masjid At-Tin, mengatakan jamaah iktikaf ramai sejak malam ke-20 Ramadhan.

“Kami memberikan dua pilihan kepada mereka, mau beriktikaf gratis atau membayar Rp 30 ribu,” kata Latif, Ahad (20/7). Jamaah yang membayar mendapatkan fasilitas tambahan berupa makan sahur, suvenir, dan tentu saja ikut berinfak ke masjid.

Terpopuler