Cara Nur Syam Mencontoh Orang Saleh Berpuasa

Rep: c78/ Red: Asep K Nur Zaman

Ahad 20 Jul 2014 18:51 WIB

Sekjen/Dirjen Pendis Kemenag, Nur Syam. Foto: kemenag.go.id Sekjen/Dirjen Pendis Kemenag, Nur Syam.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Melewati sepuluh hari terakhir Bulan Suci Ramadhan, umat Islam berbondong-bondong mengkhususkan diri fokus ibadah demi meraih lailatul qadar -- malam istimewa yan lebih bak dari seribu bulan. Masjid ramai dengan mereka yang berdzikir pada Allah dan beritikaf (berdiam diri) di masjid.

Namun ada pula yang sibuk menyiapkan diri menjelang Hari Raya Idul Fitri. Makanya keramaian juga tampak di pasar dan swalayan.

Namun, ada hal berbeda ditunjukkan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama merangkap sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Nur Syam. Kepada Republika, dia berkisah tentang kesibukannya pada bulan puasa ini.

Merangkap dua jabtan, Nur Syam mengaku peningkatan kesibukannya semakin berlipat. Ada dua pekerjaan besar yang harus ditangani di bawah kepemimpinannya. Sebagai sekjen, dia berkutat dengan persoalan administrasi seperti memberikan paraf, membaca surat-surat yang masuk dan keluar, memberikan semacam rekomendasi. Kemudian menyiapkan bahan yang terkait dengan pekerjaan yang harus dilakukan oleh staf dan banyak lagi. "Harus juga ke DPR terkait rapat dengar pendapat atau menemani menteri dalam agenda rapat kerja," tuturnya.

Di sisi lain, dia juga harus berkonsentrasi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, melputi segala program pendidikan dan pengembangan pemikiran tentang bagaimana pendidikan Islam ke depannya. "Frekuensinya pekerjaan memang meningkat luar biasa," uja mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SUnan Ampel, Surabaya, Jawa Timur, ini.

Nur Syam menyiapkan formulasi jitu agar ibadah Ramadhan tak keteteran, yakni dengan beristiqomah dalam beribadah dan pandai membagi waktu. Dia pun tak banyak membuat persiapan khusus, meski tetap ada target meraih lailatul qadar tahun ini.

Puasa orang-orang saleh,menurut dia, patut dicontoh karena disukai Allah SWT. "Jika telah istiqomah melakukan peribadatan sebagaimana orang saleh, lalu menjalankan puasa dengan cara yang disukai Allah, lantas akhlak kita semakin baik, maka peluang memeroleh lailatul qadar akan lebih besar," paparnya.

Ibadah istiqomah, misalnya dalam melakukan tadarus Alquran. Meski mengaku tak punya targetan khusus dalam kuantitas mengaji Kalam Allah itu, tapi dia merasa bahwa istiqamah dalam menjalankannyalah yang justru lebih penting.

"Secara pribadi saya tidak menargetkan, yang penting ada keistiqomahan kita dalam menjalankan ibadah kepada Allah," kata Nur Syam.

Puasa, lanjut dia, adalah proses mendekonstruksi pola makan yang berpengaruh besar terhadap pemulihan kondisi tubuh. Dijelaskannya, jika selama sebelas bulan umat Islam makan pada siang hari, di Ramadhan pola makannya diubah menjadi malam hari. "Ada proses dekonstruksi pada satu bulan untuk pola makan dan itu memengaruhi dimensi kesehatan fisik orang," paparnya. Hal tersebut, lanjut dia, sesuai dengan yang disebutkan Alquran bahwa puasa menyehatkan.

Dekonstruksi, lanjut Nur Syam, juga terjadi pada pola istirahat. Jika di bulan biasa umat Islam tidur nyenyak di malam hari, maka dalam Ramadhan, kita melakukan sahur dan diperintahkan juga untuk beribadah misalnya salat malam serta memperbanyak zikrullah.

Itulah yang menurutnya merupakan salah satu cara Allah untuk mengajarkan manusia membiasakan bangun malam. Zikir, wirid, dan shalat, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap perbaikan tingkah laku menjadi lebih terpuji.

Yang sangat perlu dihindarkan, kata dia, adalah mendekonstruksi pola istirahat yang merugikan yakni tidur setelah makan sahur atau setelah subuh. "Ini yang perlu dihindari, tapi kebanyakan orang yang berpuasa justru melakukannya," katanya.

Dikatakannya, tidur setelah sahur sangat idak bagus untuk kesehatan fisik, otak dan batin. Terutama ketika berpuasa, tidur setelah subuh akan membuat  fisik menjadi lemah dan cepat lelah. Lagi pula, menurutnya, banyak hal yang dapat dilakukan di pagi hari bersama udara yang masih segar.

Terpopuler