Semangat Dakwah Menjangkau Pelosok (2-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad

Sabtu 19 Jul 2014 21:28 WIB

Dakwah AFKN di pelosok Papua. Foto: Dok AFKN Dakwah AFKN di pelosok Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, Dakwah adalah tugas umat Islam. Jadi, donasi serta peran dakwah harus dari inisiatif umat Islam sendiri. Jangan mengharapkan bantuan hanya dari sebuah institusi semata, tapi berharaplah kepada Allah.

Namun, Ustaz Fadlan berharap, dakwah di pedalaman juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah seperti Kementerian Agama. "Kita harapkan dan doakan semoga Kementerian Agama dalam hal ini bisa mengambil peran. Selama ini memang tidak ada sama sekali," ujarnya.

Para dai harus pintar-pintar sebagai mubaligh, karena mereka akan menjadi panutan dan teladan yang memperlihatkan Islam itu seperti apa. "Dai muhajirin (yang dikirim ke pedalaman) ini harus menyesuaikan topografi wilayah. Dia harus bisa menyesuaikan diri. Sedangkan orang-orang anshar (warga lokal) itu memang perlu kita bekali ilmunya agar lebih banyak," katanya.

Ia mengharapkan, dengan dibekalinya warga lokal dengan berbagai keterampilan, ia bisa menjadi mubaligh di bidangnya masing-masing. "Ada yang sebagai bidan, perawat, guru, aparat negara, birokrat, dan lain sebagainya. Mereka bisa bersikap sebagai dai," papar Fadlan.

Menjadi dai di Papua memang butuh pengorbanan. Ustaz Fadlan mengatakan, ada dua syarat yang harus dipenuhi jika memang ingin sungguh-sungguh berdakwah di Papua.

"Dai muhajirin itu syaratnya dua saja. Kalau dia ustaz, dia harus menikah dengan anak gadis kepala suku di sana. Kalau dia ustazah, dia wajib menikah dengan anak kepala suku Muslim yang ada di sana. Sekarang sudah ada sekitar 350 dai yang menikah dan tinggal di sana," paparnya.

Manajer Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) Ustaz Ahmad Fauzi mengatakan, DD agak berbeda dengan lembaga lain dalam mengirim dai ke pedalaman. Dai yang dikirim ke pedalaman adalah putra daerah yang dibina dalam program Cordofa. "Jadi, bukan dai dari Jawa," papar Fauzi.

Dengan cara tersebut, masyarakat yang menjadi objek dakwah lebih mudah menerima. Di sisi lain, sang dai tidak kesulitan beradaptasi dengan adat istiadat masyarakat setempat. Khusus untuk Ramadhan ini, Fauzi menerangkan 20 dai Cordofa disebar ke 10 titik.

"Konsentrasinya darah tapal batas, minoritas, dan daerah bencana," kata Fauzi. Daerah yang menjadi binaan dai Cordofa di antaranya Alor, Rote, Kepulauan Talaud, Pedalaman Riau, Manado, Kelud, dan Sinabung.

Para dai ini akan ditempatkan antara satu hingga enam bulan. Selain membina spiritualitas warga, dai Cordofa menjadi agen program-program sosial DD. "Misal kita baru buat program khitan massal untuk dewasa di Alor, NTT," paparnya.

Selama Ramadhan, para dai Cordofa juga dibebani sebuah proyek syiar yang harus dilaksanakan. Meski disambut baik masyarakat, program ini, dituturkan Fauzi, masih kurang mendapat dukungan pemerintah. "Terlebih yang daerah minoritas Muslim."

Terpopuler