Nuaim bin Mas'ud, Pahlawan Perang Ahzab (1)

Red: Chairul Akhmad

Sabtu 19 Jul 2014 16:01 WIB

Nuaim bin Mas'ud adalah seorang yang mahir dalam segala bidang. Foto: Caseantiques.com Nuaim bin Mas'ud adalah seorang yang mahir dalam segala bidang.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada masa mudanya, Nuaim bin Mas’ud adalah seorang yang mahir dalam segala bidang. Ia terlahir dari sebuah keluarga saudagar yang cukup makmur di Nejed, kota kecil di pinggiran Makkah.

Nu'aim terlahir sebagai seorang suku Ghathafan dari keluarga yang terpandang. Di usia muda, ia cukup sering berdagang dari Makkah ke Madinah. Namun, dari kegiatan itulah ia pun menjadi tahu akan hal-hal yang menyangkut kemaksiatan dan kesenangan di kota itu.

Dengan pemahamannya yang cukup akan kesenangan yang ditawarkan Madinah, ia menjadi seorang yang cukup sering pergi ke kota itu demi mencari kesenangan dunia yang ditawarkan oleh kaum Yahudi di sana, terutama Bani Quraizhah. Oleh sebab itu, ia sangat dikenal oleh orang-orang di Madinah. Dan mereka pun menyukai Nu'aim.

Pada saat itu, Nu’aim tidak ambil pusing dengan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Saat Rasulullah dan para sahabatnya memulai hijrah ke Madinah, barulah Nu’aim merasa terganggu dan terusik.

Ketika kaum Yahudi Bani Nadhir—yakni kaum Yahudi dari sekitar Madinah—mulai bergerak dan memprovokasi kaum Quraisy di Makkah dan di Nejed untuk memerangi Rasulullah dan pengikutnya di Madinah, dengan segera bani Ghathafan di Nejed menyambut baik usulan tersebut.

Saat itu, Nu’aim termasuk salah satu tokoh Bani Ghathafan yang ikut dalam pasukan Bani Ghathafan di bawah kepemimpinan Uyaynah bin Hishn Al-Ghethfan. Selain membujuk kaum Quraisy di Makkah dan Bani Ghathafan di Nejed, para Yahudi Bani Nadhir juga mengompori suku Yahudi yang tinggal di Madinah, yakni Bani Quraidzah.

Saat itu Bani Quraidzah menolak usulan Bani Nadhir, karena mereka terikat perjanjian damai dengan kaum Muslimin. Namun, para pemimpin Bani Nadhir pandai merayu Bani Quraizhah agar membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak. "Kali ini Muhammad pasti kalah," kata mereka. Bani Quraizhah pun manut saja.

Terpopuler