Kekuatan Tahajud (2-habis)

Red: Damanhuri Zuhri

Sabtu 19 Jul 2014 00:47 WIB

Tahajjud Foto: Khoirun Nasirin Tahajjud

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Nasaruddin Umar

Sekonyong-konyong kadang terdengar bisikan, “Wahai pemilik jiwa yang haru, kembalilah ke pangkuan Tuhanmu dengan ridha dan diridhai-Nya. Bergabunglah dengan para kekasihku yang lain, masuk ke dalam surga-Ku.” (QS al-Fajr/89:27:30).

Ayat ini paling dirindukan oleh para pencinta Tuhan dan para pengamal shalat Tahajud. Bisa dibayangkan dan sekaligus bisa dirasakan, hati siapa yang tak akan luluh, jiwa mana yang takkan hanyut mendengar panggilan mesra dari Sang Pencinta?

Para pencinta shalat Tahajud tidak akan pernah mau meninggalkan shalat ini. Bahkan, mereka mungkin sudah merasakan seperti wajib, dalam arti meninggalkannya seperti meninggalkan shalat fardhu.

Dalam shalat Tahajud, orang bisa sujud dan rukuk berlama-lama. Tahajud Nabi SAW pernah dilukiskan Aisyah. Jika Nabi sujud, sama panjangnya membaca surah al-Baqarah (sekitar tiga juz) dan rukuknya sama lamanya membaca surah Ali Imran (satu setengah juz).

Shalat Tahajud mempertemukan dua sosok yang saling mencintai di keheningan malam yang sepi. Wajar jika shalat Tahajud melahirkan power yang luar biasa.

Kegemerlapan dunia menjadi redup, ambisi jabatan menjadi tumpul, keangkuhan menjadi sirna, dan egoisme sudah hancur.

Di dalam hati dan pikiran mereka muncul kesan neraka sudah tidak membakar, surga tidak diperlukan, doa sudah selesai.

Ambillah semuanya! Aku cukup dengan Tuhanku. Aku pun sudah lenyap. Yang ada hanya Dia. La Ilaha illa Allah. Subhanallah.

Terpopuler