Harga Pangan di Afghanistan Meroket Selama Ramadhan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Chairul Akhmad

Jumat 18 Jul 2014 04:32 WIB

Salah seorang penjual buah di pasar Afghanistan. Foto: Reuters/Omar Sobhani Salah seorang penjual buah di pasar Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Harga bahan makanan dan pangan di Afghanistan melonjak selama bulan Ramadhan tahun ini. Masyarakat kecil kesulitan untuk menyediakan makanan bergizi untuk berbuka puasa bagi keluarga mereka, sebab semuanya mahal.

Jan Agha, seorang pedagang buah di kawasan Shahr-e-Naw Kabul mengakui, banyak orang tidak mampu membeli buah yang dia jual. Beberapa pembeli mungkin berpikir dia serakah mengambil keuntungan.

"Itu tidak benar. Saya tidak mau disebut pedagang yang tidak adil. Buah saya mahal karena saya memang membelinya dengan harga mahal, sehingga harus dijual dengan harga tinggi," ujar Agha, sebagaimana dilansir Gulf Times, Jumat (18/7).

Satu mangga di Afghanistan dihargai 25 AFN atau setara dengan 26 sen AS. Di pasar grosir, harganya akan naik menjadi 30 AFN. Banyak bahan makanan diimpor dari negara tetangga, seperti Iran dan Pakistan.

Mohamed Zamir, pemilik toko kelontong di kawasan Taimani, Kabul mengatakan para pedagang grosir sering memanipulasi harga.

"Kami para pemilik warung kecil tidak menaikkan harga. Kami tidak menipu saudara-saudara kami sesama Muslim di bulan suci ini. Sayangnya, para importir bahan makanan sering menimbun barangnya kemudian menaikkan harga diawal Ramadhan," ujar Zamir.

Beberapa toko grosir di Kabul menolak untuk dikonfirmasi. Masyarakat justru menyalahkan pemerintah yang menutup mata akan kondisi ini.

"Di negara-negara Islam lainnya, baik pemerintah maupun pengusaha mencoba memberi diskon harga bahan makanan, seperti susu, buah, daging, dan sayuran untuk membantu masyarakat kecil dan juga mendapatkan pahala surgawi," ujar Taimoor Shah, seorang warga.

Di Kabul, ratusan pekerja harian berkumpul setiap hari untuk dipekerjakan sebagai tukang batu, tukang cat, tukang kayu, hingga buruh harian. Mereka adalah kaum yang sangat terdampak lonjakan harga pangan di negara tersebut.

Terpopuler