Berbagi Makanan dengan Warga Miskin

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Chairul Akhmad

Kamis 17 Jul 2014 15:07 WIB

Muslim di Pakistan menunggu saat berbuka puasa bersama di sebuah masjid di Peshawar. Foto: Xinhua/Umar Qayyum Muslim di Pakistan menunggu saat berbuka puasa bersama di sebuah masjid di Peshawar.

REPUBLIKA.CO.ID, Ramadhan merupakan bulan saling berbagi. Seperti halnya yang dilakukan komunitas Muslim Pakistan.

Mereka menyediakan hidangan berbuka untuk warga miskin selama Ramadhan. Hal itu bertujuan agar warga miskin dapat merasakan nikmatnya berpuasa.

Penyelenggara program Abdul Razak Bhatti mengatakan, hidangan berbuka ini diberikan untuk keluarga tak mampu. Menurutnya, ada kepala keluarga yang berpenghasilan satu roti sehari.

Padahal, dia harus memberi makan anggota keluarga yang berjumlah 10 orang. Dengan penghasilan semacam itu, kata dia, sulit memenuhi kebutuhan keluarga.

“Jadi, jelas kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi dan ditambah kenaikan tagihan listrik, bahan bakar, dan hal-hal lainnya yang menjadi sulit bagi keluarga mereka untuk hidup," ujarnya, seperti dikutip Voice of America, Senin (15/7).

Abdul mengungkapkan, kebutuhan mereka lebih besar ketimbang penghasilan. Di Pakistan, Muslim yang mampu harus menyediakan makanan gratis saat berbuka dan sahur untuk warga miskin dan wisatawan selama Ramadhan. Cara itu juga menambah rasa kepedulian.

Muhammad Amir yang berprofesi sebagai penjahit, termasuk salah satu dari warga miskin Pakistan yang berhemat untuk keluarga dan anak-anaknya. Sejak ada program buka dan sahur gratis, terkadang ia malu harus menerima makanan gratis. Tapi, Amir tak mempunyai pilihan lain karena penghasilannya tak cukup untuk membeli makanan keluarganya.

Asad Ullah yang bekerja sebagai penjaga keamanan, juga termasuk salah satu warga miskin Pakistan yang mengunjungi kamp makanan gratis setiap Ramadhan. Ia berharap, uangnya bisa dihemat untuk digunakan membeli baju baru bagi anak-anaknya.

Ide menyediakan buka puasa gratis ini mendapat pujian dari aktivis hak asasi. “Saya merasa hal itu memalukan bahwa dalam sebuah negara yang disebut Republik Islam Pakistan kami peningkatan kemiskinan. Yang dibutuhkan adalah menurunkan tingkat kemiskinan tersebut dengan kedermawanan dan amal,” ujar Tahira Abdullah, aktivis hak asasi manusia, di Islamabad. 

Terpopuler