REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Permintaan pisang di Kabupaten Lebak, Banten, mengalami peningkatan selama Ramadhan 1435 Hijriyah, tidak hanya dari masyarakat lokal juga dari luar daerah.
"Kami setiap hari dibanjiri pembeli dari dalam Kota Rangkasbitung maupun luar daerah," kata Ujang, seorang pedagang pisang di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Rabu (16/7).
Ia mengatakan, permintaan pisang itu mengalami kenaikan tiga kali lipat dari sebelumnya 500 kilogram kini naik menjadi 1.500 kilogram. Kenaikan permintaan pisang itu karena pasokan pisang berkurang, sehingga harga dipasaran relatif tinggi.
Mereka sebagian besar pembelinya untuk keperluan kolak juga pelaku usaha kerajinan rumahan, seperti produksi makanan roti, sale pisang dan kripik.
"Kami untuk memenuhi kebutuhan pisang dengan cara mendatangi petani ke pelosok-pelosok desa, sehingga konsumen bisa terlayani," katanya.
Menurut dia, saat ini harga pisang mulai naik akibat tingginya permintaan itu. Saat ini, harga pisang ambon dari sebelumnya Rp 65.000 naik menjadi Rp 100.000/tandan, pisang tanduk semula Rp 70.000 kini naik menjadi Rp 110.000/tandan, pisang kepok semula Rp 50.000 menjadi Rp 70.000/tandan.
Begitu pula pisang ketan semula Rp 55.000 naik menjadi Rp 75.000/tandan, pisang emas dari Rp 40.000 naik menjadi Rp 60.000/tandan dan pisang apuh dari Rp 40.000 naik menjadi Rp 50.000/tandan. "Meskipun terjadi kenaikan, tetapi permintaan pisang cukup tinggi," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan saat ini petani belum mampu memenuhi permintaan pasar karena banyak tanaman pisang terserang hama dan penyakit. Pemerintah daerah akan meluncurkan gerakan tanam pisang swadaya untuk memenuhi permintaan pasar.
Permintaan pasar konsumen lokal jenis komoditi pisang di wilayah Banten dan DKI Jakarta masih dipasok dari berbagai daerah di Pulau Sumatera. "Kami berharap adanya program gerakan tanam swadaya ini, tanaman pisang melimpah dan menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Lebak," katanya.