Tradisi Kenduri Ketupatan di Binjai

Red: Agung Sasongko

Selasa 15 Jul 2014 18:30 WIB

Tradisi Kenduri Ketupatan di Binjai. Foto: Antara Tradisi Kenduri Ketupatan di Binjai.

REPUBLIKA.CO.ID, BINJAI -- Beragam tradisi dan keunikan warga yang dijalankan di berbagai daerah, salah satunya di Binjai Sumatera Utara, ada tradisi kenduri ketutapan melewati 15 hari Ramadhan. "Ya ada kenduri ketupatan setelah 15 hari Ramadhan dijalankan," kata salah seorang warga Kelurahan Sumber Karya Kota Binjai Mahruzar, di Binjai, Selasa (15/7).

Uniknya kenduri yang dilaksanakan hanya menghidangkan kutupat sebagai menu utama yang disantap usai melaksanakan doa syukuran. "Ini dilakukan setiap melewati hari ke 15 puasa Ramdahan, di mana hampir seluruh warga lingkungan membuat sarang ketupat di rumah masing-masing," katanya.

Sarang ketupat yang dibuat ini bukan untuk dijual sebagai pertanda menyambut datangnya lebaran, namun sarang ketupat yang dibuat dari daun kelapa muda atau yang dikenal dengan sebutan janur ini sengaja dibuat warga dan diisi dengan beras ketan dan diolah hingga masak.

Kemudian ketupat yang sudah jadi ini akan dibawa ke masjid dan dikumpulkan dengan ketupat buatan warga lainnya, lalu menjadi menu utama saat digelarnya acara kenduri ketupatan usai sholat Taraweh malam harinya. "Ini sudah menjadi tardisi warga di sini, dimana setiap tahunnya mereka melaksanakannya," katanya.

Hampir seluruh warga di sini ikut melaksanakan tradisi ini, karena di sini bermukim warga dari etnis Banten. Ketupat sendiri melambangkan bahwa mereka telah melaksanakan puasa Ramadhan selama 15 hari atau setengah bulan, dan akan terus melaksanakan ibadah puasa hingga memasuki lebaran nanti.

Makanya sebelum warga memakan ketupat yang telah dihidangkan dan dikumpulkan dari seluruh warga, para warga yang hadir mulai membacakan doa syukur dan bermohon kesehatan kepada Allah Taala, agar para warga bisa terus melaksanakan puasa hingga usai, ungkapnya.

Ianya juga berharap kenduri ketupatan yang merupakan tradisi leluhur mereka ini, bisa nantinya dilanjutkan oleh anak cucunya, sehingga tradisi nenek moyang etnis Banten yang pertama kali berdomisili di lingkungan ini bisa tetap terjaga dan berkembang.

"Ini merupakan tradisi saja, bukan ada hal lain," tegasnya.

Selain merupakan wujud syukur atas nikmat kesehatan diberikan Allah, warga juga berharap bisa melaksanakan ibadah puasa hingga berakhirnya bulan Ramadhan.

Terpopuler