Cegah Kelelahan Saat Berpuasa (2-habis)

Rep: Indah Wulandari/Mutia Ramadhani / Red: Chairul Akhmad

Selasa 15 Jul 2014 16:17 WIB

Menunggu waktu berbuka puasa. Foto: Antara/Yusran Uccang/ca Menunggu waktu berbuka puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, Sementara itu, bagi penggemar olahraga, hendaknya juga memperhatikan pola makan dan tetap melaksanakan sahur selama Ramadhan. Sebab, kekurangan makanan dan minuman bisa membawa risiko bagi kesehatan, khususnya, atlet yang sedang berpuasa.

Bahaya utama dari semua ini adalah hipoglikemia. Tetap berolahraga tanpa sahur disaat berpuasa akan membakar gula dan asam lemak yang beredar dalam darah. Tubuh akhirnya menarik cadangan glikogen, lemak, dan protein.

Saat berpuasa dengan waktu yang lebih lama selama Ramadhan, defisit energi menempatkan tubuh dalam situasi yang sangat menderita. Berolahraga tanpa makan dan minum, khususnya selama musim panas, dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot atau hipoglikemia.

Risiko ini akan berkali lipat lebih parah jika menderita diabetes. Tanda-tanda pertama hipoglikemia adalah pusing, gangguan keseimbangan, mual, muntah, sakit kepala, dan gangguan konsentrasi.

Hipoglikemia bisa menyebabkan koma, bahkan kematian. Mencegah penyakit ini hanya dapat dilakukan dengan mengonsumsi karbohidrat, setidaknya tiga jam sebelum latihan fisik. Ini tentunya bertentangan dengan Ramadhan.

Oleh karenanya, tidak disarankan untuk menjalani olah raga berat selama berpuasa. Tubuh harus tetap terhidrasi selama menahan lapar dan haus disiang hari.

Lalu, bagaimana supaya tubuh tidak dehidrasi? Dilansir dari Moroccan Times, kita setidaknya harus minum satu sampai 1,5 liter air mineral mulai dari berbuka puasa hingga sahur.

Kedua, mandilah dengan air dingin pada pagi hari, bukan air panas. Ketiga, jangan mengekspos sinar matahari langsung terlalu sering. Keempat, minumlah banyak air setelah berbuka puasa. Kelima, batasi makanan dan minuman mengandung kopi dan teh.

Terpopuler