Berburu Lemang Sampai Bubur Kampiun (2-habis)

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Chairul Akhmad

Selasa 15 Jul 2014 14:36 WIB

Pasar Senen, Jakarta menjadi tempat khas untuk berburu takjil dan makanan khas Minang seperti Bubur Kampiun, Lemang, jajanan, dan lauk-pauk khas Minang. Setiap Sore kawasan ini menjadi pasar dadakan yang dikunjungi pemburu kuliiner untuk berbuka puasa. Foto: Republika/Wihdan Hidayat Pasar Senen, Jakarta menjadi tempat khas untuk berburu takjil dan makanan khas Minang seperti Bubur Kampiun, Lemang, jajanan, dan lauk-pauk khas Minang. Setiap Sore kawasan ini menjadi pasar dadakan yang dikunjungi pemburu kuliiner untuk berbuka puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, Selain enak dimakan dengan tapai, Nur menuturkan, lemang juga nikmat disantap dengan durian, bumbu rendang, dan kari ayam.

Lemang juga bisa dipadukan dengan penganan lain sesuai selera kita. Di pasar takjil Senen, lemang dijual seharga Rp 20 ribu per batang bambu dan tapainya Rp 5.000.

Nur menuturkan, lemang tapai yang dijualnya masih fresh, artinya dimasak pada hari itu juga. Sebab, kata dia, ada pedagang yang menjual lemang sisa hari sebelumnya. Lemang dapat bertahan hingga tiga hari. "Jika sudah basi, lemang akan terlihat agak berlendir," tuturnya.

Selama Ramadhan, pedagang penganan khas Minang menjadi kian banyak di sekitar fly over Jalan Kramat Raya. Terdapat sekitar 30 pedagang yang membuka lapak secara berderet di tepi jalan. Padahal, pada hari biasa hanya sekitar enam pedagang saja yang berjualan di sana, termasuk Nur.

Saat Ramadhan, Nur membuka lapak mulai pukul dua siang hingga 12 tengah malam. Ia mengaku, keuntungan yang didapatnya pada bulan suci ini dua lipat lebih besar dibanding hari biasa. Dalam sehari, rata-rata 20 batang bambu lemang terjual. ''Di sini, banyak pembeli yang memburu lemang tapai dan bubur kampiun.''

Biasanya, lemang dipotong langsung di tempat, kemudian dibawa pulang pembeli. Ada pula yang membeli dengan potongan bambunya, supaya lemang tidak cepat dingin.

Tapi, Nur mengingatkan, pembeli terkadang kesulitan mengeluarkan lemang yang masih berada di dalam bambu. Biasanya, daun dan ketan menempel di bambu. ''Karena itu, sebaiknya lemang dibuka dan dipotong langsung di tempat agar terlihat bahwa lemang masak merata.''

Penjualan lemang tapai akan mencapai puncaknya pada malam takbiran. Saat itu, kata Nur, tak sedikit orang yang membeli lemang tapai, hingga 15 batang bambu. ''Lemang tapai ini dihidangkan pada hari raya.''

Selain lemang tapai, lemper, dan kue-kue basah lainnya, pedagang di sini juga menjajakan beberapa camilan khas Minang, seperti keripik sanjay atau singkong balado pedas, sarang balam, karaka liang, dan dangka-dangka.

Nasi kapau

Selain pedagang kue khas Minang, kawasan Kramat Raya juga menjadi ''surga'' bagi warga yang ingin berbuka dengan nasi kapau. Sedikitnya, tujuh gerai nasi kapau berdiri di sini.

Nasi kapau adalah nasi rames khas nagari Kapau, Sumatra Barat. Sajian ini terdiri atas nasi, sambal, dan lauk pauk khas kapau, seperti gulai sayur nangka, gulai tunjang (urat kaki kerbau atau sapi), gulai cangcang (tulang dan daging kerbau), gulai babek (babat). Tersedia pula lauk lainnya, seperti gulai ayam dan ikan.

Salah satu gerai yang menjual nasi dan lauk-pauk khas Minang itu mengusung nama ''Bareh Solok''. Bareh artinya beras, sementara Solok adalah nama salah satu kota di Sumatra Barat.

Pemilik gerai ''Bareh Solok'' Emi mengatakan,  pada dasarnya semua pedagang menjual masakan Minang yang sama. ''Hanya saja, cita rasa masakan tiap-tiap pedagang berbeda,'' tutur wanita asal Solok ini.

Nah, apakah nasi kapau, lemang tapai, bubur kampiun, dan ragam sajian khas Ranah Minang tersebut menggoda selera Anda? Jika begitu, tunggu apalagi. Segera siapkan waktu untuk menyambangi  pasar takjil Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.

Terpopuler