Khalid bin Said bin Ash, Kebesaran Jiwa Seorang Sahabat (3)

Red: Chairul Akhmad

Selasa 15 Jul 2014 14:33 WIB

Khalid adalah seorang pemuda yang bersikap tenang, pendiam tak banyak bicara. Foto: Angus Thompson Khalid adalah seorang pemuda yang bersikap tenang, pendiam tak banyak bicara.

REPUBLIKA.CO.ID, Dan sewaktu Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya hijrah yang kedua ke Habasyah, maka Khalid termasuk salah seorang anggota rombongan.

Ia berdiam di sana beberapa lamanya, kemudian kembali bersama kawan-kawannya ke kampung halaman mereka di tahun yang ke-7. Mereka dapatkan kaum Muslimin telah membebaskan Khaibar.

Khalid kemudian bermukim di Madinah, di tengah-tengah masyarakat Islam yang baru. Di mana ia termasuk salah seorang angkatan lima pertama yang menyaksikan kelahiran Islam, dan ikut membina bangunannya.

Sejak itu Khalid selalu beserta Nabi dalam barisan pertama pada setiap peperangan atau pertempuran. Dan karena kepeloporannya dalam Islam ini serta keteguhan hatinya dan kesetiaannya, jadilah ia tumpuan kesayangan dan penghormatan.

Sebelum wafatnya, Rasulullah mengangkat Khalid menjadi gubernur di Yaman. Sewaktu sampai kepadanya berita pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah dan pengukuhannya, ia lalu meninggalkan jabatannya datang ke Madinah.

Ia kenal betul kelebihan Abu Bakar yang tak dapat ditandingi oleh siapa pun. Tetapi ia berpendirian bahwa di antara kaum Muslimin yang lebih berhak dengan jabatan khalifah itu adalah salah seorang dari keturunan Hasyim, umpamanya Abbas atau Ali bin Abi Thalib.

Pendiriannya ini dipegangnya teguh, hingga ia tidak berbaiat kepada Abu Bakar. Namun Abu Bakar tetap mencintai dan menghargainya, tidak memaksanya untuk mengangkat baiat dan tidak pula membencinya.

Setiap disebut namanya di kalangan Muslimin, khalifah besar itu tetap menghargai dan memujinya, suatu hal yang memang menjadi hak dan miliknya.