REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta masyarakat lebih waspada dan kritis terkait masa kedaluwarsa makanan dan minuman yang dijual dalam bentuk kemasan parsel Lebaran.
"Tingkat kesadaran konsumen dalam melihat isi parsel itu masih kurang, jadi potensi untuk memperoleh makanan minuman yang kedaluwarsa atau mendekati masa kedaluwarsa dalam parsel lebih besar," kata pengurus harian YLKI, Tulus Abadi, di Jakarta, Senin (14/7).
Menurut dia, ketika konsumen membeli parsel yang sudah dikemas dalam satu paket oleh penjual, maka secara fisik konsumen akan kesulitan dalam meneliti masa kedaluwarsa dan mutu dari produk tersebut.
Ia menambahkan banyak juga penjual parsel yang seperti melakukan cuci gudang dari produk makanan hingga minuman yang sudah tidak laku atau mendekati kedaluwarsa.
"Ketika kita membeli parsel harus ada komunikasi yang jelas antara pembeli dan penjual, minimal ada perjanjian misalnya jika nanti ditemukan isi parsel kedaluwarsa maka konsumen berhak mengembalikannya kepada penjual," katanya.
Meski hingga pekan kedua puasa ini belum ada laporan terkait permasalahan parsel, kata Tulus, namun pihaknya mempersilakan masyarakat untuk mengadukan ke YLKI jika menemukan isi parsel yang sudah kedaluwarsa.
"Silakan kalau ada konsumen yang mau mengadukan permasalahan parsel asal disertai dengan identitas yang jelas antara konsumen yang mengadu dan si penjual parsel, juga barang bukti," katanya.
Tulus menambahkan masyarakat juga bisa mengadukan langsung kepada produsen melalui layanan konsumen yang tertera dalam produknya jika isi produk dalam parsel Lebaran tersebut kedaluwarsa.
YLKI juga meminta pemerintah lebih meningkatkan pengawasan peredaran barang khususnya minuman dan makanan sehingga produk yang sudah kedaluwarsa tidak beredar di masyarakat.