Kembali ke Alquran (2-habis)

Rep: c78/ Red: Damanhuri Zuhri

Senin 14 Jul 2014 14:55 WIB

Alquran Foto: Republika/Agung Supriyanto Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,

Sejak awal Alquran berpengaruh besar dalam revolusi kemanusiaan.

Mereka baru berada dalam tahap membaca, mendengarkan, dan menghafalkannya. Sedikit sekali yang menjalankan ajaran Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Ia mencontohkan, banyak orang bergelar haji tetapi mereka tetap berbuat maksiat.

Ahsin mengatakan, ini harus diubah. Langkah awal, setiap individu dan keluarga mesti mulai menerapkan Alquran. Setiap keluarga sebaiknya memiliki agenda kajian Alquran secara teratur. Selain membaca dan menghafal, mereka pun dituntut menautkan Alquran dengan realitas.

Ustaz Bobby Herwibowo, pelopor metode menghafal Alquran Kauny Quantum Memory, mengatakan, munculnya para penghafal Alquran termasuk di televisi merupakan awal baik menuju generasi Qurani.

Ia menyebut itu sebagai bukti pertolongan Allah di tengah masyarakat yang jauh dari Alquran. Sebab, kelihatannya mustahil untuk menghafal seluruh Alquran, bahkan mengetahui sampai terperinci letak ayat, tanda baca, nama surah, dan rangkaiannya.

Menurut dia, ajaib orang-orang seperti itu ada bahkan beberapa di antaranya masih berusia belia. Ia menyatakan, momen Nuzulul Quran diharapkan menjadi pengingat agar umat Islam semakin dekat dengan Alquran. Tak lagi menganggapnya sebagai benda kuno.

Berdasarkan riset IIQ pada 2012, kata dia, sebanyak 74 persen dari 180 juta penduduk Indonesia belum bisa membaca Alquran. “Cukup riskan mengingat warga Muslim menjadi mayoritas di Indonesia,” kata Bobby menegaskan.

Ia mengungkapkan, dalam Alquran Allah  telah memprediksi umat Nabi Muhammad akan mengabaikan Alquran dan ajarannya. Padahal, dengan menadaburi dan mengamalkan Alquran, manusia akan menjadi hamba yang selalu dekat dengan Tuhannya.