Puasa, Muslim Myanmar Tetap Khawatir

Rep: Hilyatun Nishlah/ Red: Chairul Akhmad

Sabtu 12 Jul 2014 14:15 WIB

Muslim Rohingya di Myanmar. Foto: Reuters/Minzayar Muslim Rohingya di Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, Menghabiskan waktu di masjid merupakan rutinitas umat Islam selama Ramadhan. Berbagai kegiatan keagaamaan pun dilakukan. Tapi, hal tersebut tidak sepenuhnya bisa dijalankan Muslim Myanmar, khususnya di Kota Mandalay yang khawatir datang ke masjid. 

Seperti dilansir Onislam, Rabu (9/7), tak sedikit Muslim Myanmar takut ke masjid lantaran serangkaian serangan yang terjadi sejak awal bulan suci ini. Serangan dilakukan kelompok Buddhis yang terprovokasi rumor pemerkosaan.  

 

“Saya tidak tahu seperti apa situasi kemanan di masjid sekarang ini. Saya belum ke masjid lagi sejak 2 Juli yang lalu,” ujar seorang pria Muslim yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Myanmar Times.

 

Sejak pekan lalu, terjadi kekerasan di Mandalay. Sekitar 300 Buddhis, termasuk 30 biksu, menyerang sebuah warung teh milik seorang Muslim. Mereka menduga bahwa seorang wanita Buddha telah diperkosa Muslim pemilik warung. 

 

Mayoritas Buddhis yang mengamuk melemparkan batu-batu ke sejumlah bangunan-bangunan milik Muslim. Bahkan, beberapa dari mereka telah merampok toko-toko, rumah warga Muslim, dan merusak masjid serta tiga mobil milik warga Muslim. Serangan Mandalay menyebabkan dua orang tewas dan 20 orang luka-luka. Satu korban tewas dari kubu Buddhis, seorang lainnya Muslim. 

 

Masjid merupakan sasaran terbaru dari kekerasan di Mandalay setelah ditinggalkan jamaahnya karena khawatir akan keamanan. Sejumlah polisi yang menggeruduk masjid membuat ketakukan warga Muslim menjadi dua kali lipat. Apalagi, setelah aparat menyita senjata mereka yang digunakan untuk bertahan jika sewaktu-waktu diserang. 

 

“Kita tidak bisa mempertahankan diri meskipun kehidupan kita dalam ancaman. Bahkan, sekarang kita takut walau hanya memegang sebuah batu bata,” ujar salah seorang Muslim yang tidak ingin menyebutkan namanya ketika sedang berdoa di Masjid Ko Yan Taw. 

 

Sekretaris Dewan Pengawas Masjid Ko Yan Taw mengatakan, umat Islam benar-benar takut dan tidak berani untuk pergi keluar. “Kami memilki hak untuk melindungi anak-anak kita, tetapi polisi mengambil tongkat dari masjid kami. Aparat telah menempatkan tiga orang untuk menjaga masjid.”

 

Polisi telah menangkap sekitar lima orang setelah penggerebekan polisi terhadap beberapa masjid di Kota Chan Aye Thar San.

 

Meski demikian, masjid-masjid di bagian utara Mandalay terbilang aman. Masjid masih sering dikunjungi  jamaah selama bulan suci. “Ada banyak warga Buddha di lingkungan kami dan kita semua hidup bersama bertahun-tahun,” ujar U Khin Mg Than, seorang pejabat Masjid Miba Zey, utara Mandalay. 

 

Ia pun bercerita, didekat masjid terdapat dua biara, yaitu Naga biara dan Hmankin biara. Bahkan, para warga di sana menginzinkan U Khin untuk tinggal di biara-biara tersebut apabila terjadi sesuatu. Harus diakui, keharmonisan agama di utara telah tercemar kampanye anti-Muslim melalui online yang dipimpin ektremis Buddha. 

 

Dalam kasus lainnya, banyak hasutan agar umat pergi meninggalkan masjid. Seperti, apa yang terjadi di lingkungan Myothit yang berada di Kota Chan Mya Tharsi. 

 

Ketika Muslim sedang melaksanakan sholat di Masjid Tho-chan, seseorang berteriak ada kebakaran. Jamaah pun lantas keluar dari masjid. 

 

 

Terpopuler