Nekat Puasa, Mahasiswa Kasghar Terancam Dikeluarkan (2-habis)

Rep: Hilyatun Nishlah/ Red: Chairul Akhmad

Kamis 10 Jul 2014 15:42 WIB

Muslim etnis Uighur berjalan di depan sebuah masjid di Kashgar, Xinjiang, Cina. Foto: Reuters/Carlos Barria Muslim etnis Uighur berjalan di depan sebuah masjid di Kashgar, Xinjiang, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, Namun, walaupun ancaman dan peringatan keras terus digencarkan oleh administrasi perguruan tinggi, semangat berpuasa mahasiswa Muslim Uighur tidak luntur begitu saja. Bahkan, beberapa dari mereka siap mengambil risiko dan berpuasa Ramadhan secara diam-diam.

“Meskipun ada aturan ketat dan aktivitas mereka dipantau secara ketat, beberapa mahasiswa Muslim Uighur tetap berpuasa secara diam-diam. Mereka meninggalkan kelas dengan cepat dan membawa makanan yang dibagikan oleh perguruan tinggi untuk berbuka puasa di asrama mereka,” ujarnya.

Terkadang, kata dia, beberapa dari mereka tertangkap oleh staf administrasi kampus. Pasalnya, staf tersebut selalu memeriksa tas mahasiswa di pintu keluar ketika meninggal kampus.  Kemudian, apabila ditemukan makanan, staf itu akan memaksa mahasiswa tersebut untuk segera mengonsumsinya di tempat, di hadapan para pegawa kampus itu.

Dia melanjutkan, mahasiswa yang diketahui bangun pagi-pagi untuk sahur dan membaca doa di asrama juga akan dihukum. “Jika ada mahasiswa yang tertangkap menyalakan lampu dan menyiapkan sahur, para penjaga perguruan tinggi akan segera memasukkan nama mereka dalam daftar hitam,” kata mahasiswa itu.

Untuk memantau setiap pergerakan dan kegiatan mahasiswa, perguruan tinggi telah memasang kamera di setiap asrama dan koridor perguruan tinggi. “Mereka mengendalikan kegiatan dan kehidupan pribadi kami,” katanya.

Xinjiang berada dalam kekuasaan Cina pada 1949, hampir seluruh populasi merupakan Muslim Uighur. Tapi, jumlah Uighur terus berkurang. Bahkan, pada 2000, jumlahnya berkurang hingga kurang dari setengah. Cina mendorong puluhan juta etnis Han agar tinggal di daerah kaya minyak, gas bumi, dan batu bara tersebut.

Selain pembatasan puasa, Pemerintah Xinjiang telah memerintahkan masjid untuk mengampanyekan antiteroris selama Ramadhan pascaterjadi ledakan di pasar ibu kota Urumqi.

Kelompok Hak Asasi Amnesty International meminta Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang saat ini mengunjungi Cina untuk membantu mendorong agar Muslim di Xinjiang bisa berpuasa.  Mereka meminta Kerry mengunjungi masjid-masjid Uighur di Xinjiang selama di Cina.

Sebelumnya, Arab Saudi mengutuk keras tindakan Pemerintah Cina. Saudi mendesak negara-negara Muslim mengambil langkah politik dan ekonomi terhadap tindakan represif Cina.

Saudi juga mengajak untuk memboikot produk Cina. "Kami menunggu jawaban Cina," ujar seorang sumber kepada Arab News. Dubes Cina untuk Malaysia meragukan kabar tentang larangan berpuasa di Xinjiang.

Terpopuler