Agar Penderita Mag Lancar Puasa

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Chairul Akhmad

Kamis 10 Jul 2014 15:13 WIB

Penderita mag. Foto: Healthmeup.com Penderita mag.

REPUBLIKA.CO.ID, Hindari konsumsi makanan asam dan pedas saat sahur atau berbuka karena dapat meningkatkan asam lambung.

Banyak keajaiban yang terjadi saat seseorang menjalankan ibadah puasa, khususnya pada bulan Ramadhan. Meski Islam tak mewajibkan orang sakit untuk berpuasa dan para dokter pun menganjurkan demikian, beberapa penyakit justru bisa sembuh karena berpuasa.

Beberapa dokter memang melarang penderita mag untuk turut menahan lapar dan haus sejak subuh hingga maghrib, terutama bagi mereka yang memiliki mag akut. Dokter Yeni Purnamasari dari Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhufa (LKC DD) mengatakan, bila ada iritasi pada lambung atau ulkus, sebaiknya jangan puasa.

“Hal itu sangat berbahaya karena lambung akan dalam keadaan kosong selama kurang lebih 12 jam,” ujarnya.

Ia menambahkan, biasanya penderita mag yang mudah mual dan merasa sakit akibat luka di lambungnya. Maka dari itu, dianjurkan tak puasa.

Sebaliknya, untuk penderita mag yang sifatnya kambuhan atau hilang timbul, diperbolehkan berpuasa, namun tetap harus menjaga pola makan. Hindari konsumsi makanan asam dan pedas saat sahur atau berbuka karena dapat meningkatkan asam lambung sehingga perut akan terasa perih.

Selain itu, jangan lupa minum obat mag setiap sahur dan berbuka sesuai anjuran dokter. “Setiap orang yang memiliki penyakit tertentu, seperti mag, lebih baik berkonsultasi dahulu dengan dokternya sebelum menjalankan puasa,” kata Yeni.

Menurutnya, kesakitan lambung terjadi pada penderita mag karena beberapa hal yang bersifat organik dan nonorganik. Kesakitan organik disebabkan ada luka pada lambung (ulkus), sedangkan nonorganik, kesakitan karena kondisi psikologis, seperti stres. Yeni pun menyarankan agar tetap berniat ikhlas saat melakukan puasa.

Hal ini dialami oleh Desti Iswindari (21 tahun). Ia merupakan penderita mag yang cukup parah dan sering merasa mual serta lemas bila sedikit saja telat makan. Tak jarang pula hingga pingsan. Hal itu sering kali menjadi penghalangnya untuk tetap puasa.

Terkadang setiap Ramadhan, ia hanya mampu berpuasa 12 hari. “Saya terpaksa buka sebelum waktunya bila perut semakin melilit,” ujarnya.

Mahasiswa jurusan Farmasi ini memang sangat menyukai makanan pedas. Namun, kini ia mulai menguranginya. Desti bertekad tahun ini akan lebih maksimal berpuasa sehingga pola makannya pun benar-benar dijaga.

Dengan segala aktivitasnya di kampus, ia berusaha tetap puasa meski terkadang penyakitnya kambuh. “Alhamdulillah, sampai hari ini puasa saya lancar,” katanya.

Desti percaya Allah akan memberinya kemudahan agar bisa puasa selama Ramadhan. Karena, baginya mag bukanlah halangan untuk beribadah.

Terpopuler