REPUBLIKA.CO.ID, JAWA TENGAH -- Pekalongan masih memiliki tradisi membuat Lupis Raksasa. Tradisi ini diselenggarakan setiap satu minggu setelah hari raya Idul Fitri.
"Lupis adalah sejenis makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan dikukus, makanan yang dibungkus dengan daun pisang ini memiliki aroma yang khas dan rasa yang gurih, " ucap penduduk asli Pekalongan, Titis Kurniadi.
"Pada tradisi ini lupis tersebut disebut sebagai lupis raksasa karena ukuranya yang cukup besar, lupis raksasa memiliki tinggi sekitar dua meter dengan diameter dua meter dan beratnya sekitar satu ton," ucap Titis.
Titis juga menjelaskan makanan raksasa tersebut dibuat dengan bahan baku beras ketan dan kelapa sebanyak 400 kilogram. Bahan-bahan tersebut dimasak selama sekitar tiga hari tiga malam tanpa henti agar mencapai kematangan yang merata.
"Total biaya dalam pembuatan lupis raksasa mencapai sekitar Rp 20 juta, tradisi ini dapat terselenggara berkat iuran dari masyarakat sekitar dan bantuan dari pemerintah setempat," ucapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa tradisi di kota batik tersebut dilaksanakan pada satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri atau pada bulan Syawal hari ketujuh. Oleh sebab itu tradisi ini juga dinamakan sebagai Syawalan Lupis Raksasa.
"Tradisi Syawalan Lupis Raksasa dilaksanakan di Kelurahan Krapyak Kecamatan Pekalongan Utara, saat tradisi tersebut dilaksanakan banyak warga sekitar maupun warga dari luar daerah yang turut meramaikan tradisi tersebut," ucapnya.
"Saat lupis raksasa tersebut sudah matang, selanjutnya diadakan doa bersama yang dipimpin oleh ulama di kawasan tersebut, setelah doa bersama telah selesai selanjutnya masyarakat diperbolehkan untuk menikmati lupis raksasa tersebut," ucapnya.