REPUBLIKA.CO.ID, MANDALAY -- Ketika semua Muslim di seluruh dunia suka cita menghadapi Ramadhan, tidak untuk Muslim di Burma, Myanmar. Kenapa?
Sejak terjadi bentrokan antara umat Muslim dan umat Buddha di Mandalay, masyarakat Muslim di Burma justru takut mendatangi masjid di tengah serangan yang mereka hadapi sejak awal Ramadhan.
“Saya tidak tahu seperti apa situasi masjid. Saya belum pernah ke masjid lagi sejak 2 Juli,” kata seorang Muslim yang tak ingin disebutkan namanya seperti dilansir OnIslam, Kamis (10/7).
Kekerasan di Mandalay terjadi pekan lalu yang melibatkan 300 umat Buddha termasuk 30 biksu. Mereka menyerang sebuah toko milik Muslim sebagai balasan dugaan pemerkosaan seorang wanita Buddha oleh laki-laki Muslim.
Buddha menyerang beberapa toko-toko, rumah dan masjid. Polisi mengungkapkan ada dua orang tewas, 20 luka-luka dan tiga mobil rusak.
Beberapa penggebrekan masjid yang dilakukan polisi menambah ketakutan umat Muslim terutama setelah mereka merebut senjata yang digunakan umat Muslim untuk membela kelompoknya.
“Kita tidak bisa mempertahankan diri walaupun ada ancaman dikehidupan kita. Sekarang kita bahkan takut memegang sebuah batu,” ujar seorang Muslim yang berdoa di masjid Ko Yan Taw.
Para Muslim bersikeras mereka memiliki hak untuk membela dirinya.“Kami benar-benar takut dan kami tidak berani pergi ke luar,” kata Sekertaris Dewan Pengawas Masjid Ko Yan Taw, U Khin Mg Aye.
Selain itu, ratusan umat Muslim yang tinggal di komplek masjid Taw juga melarikan diri setelah adanya serangan. Sekitar 58 rumah tangga meningalkan masjid dan pergi ke Pyin Oo Lwin dan Kyaukme.