Imran bin Hushain, Gambaran Kesalehan (2-habis)

Red: Chairul Akhmad

Kamis 10 Jul 2014 10:59 WIB

Imran bin Hushain merupakan gambaran yang tepat bagi kejujuran, sifat zuhud dan kesalehan. Foto: Bbc.co.uk Imran bin Hushain merupakan gambaran yang tepat bagi kejujuran, sifat zuhud dan kesalehan.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khatthab, Imran dikirim oleh khalifah ke Bashrah untuk mengajari penduduk dan membimbing mereka mendalami agama.

Demikianlah, di Bashrah ia melabuhkan tirainya, maka ketika dikenal oleh penduduk, mereka pun berdatanganlah mengambil berkah dan meniru teladan ketakwaannya.

Hasan Basri dan Ibnu Sirin berujar, "Tidak seorang pun di antara sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang datang ke Bashrah, lebih utama dari Imran bin Hushain!"

Dalam beribadah dan berhubungan dengan Allah, Imran tak sudi diganggu oleh apa pun. Ia menghabiskan waktu dan seolah-olah tenggelam dalam ibadah, hingga seakan-akan dirinya bukan lagi penduduk bumi. Seolah-olah ia adalah malaikat, yang hidup di lingkungan malaikat, bergaul dan berbicara dengannya, bertemu muka dan bersalaman dengannya.

Dan tatkala terjadi pertentangan tajam di antara kaum Muslimin, yaitu antara golongan Ali dan Muawiyah, Imran bersikap tidak memihak. Bahkan ia juga meneriakkan kepada umat agar tidak campur tangan dalam perang tersebut, dan agar membela serta mempertahankan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

"Aku lebih suka menjadi penggembala rusa di puncak bukit sampai aku meninggal, daripada melepas anak panah ke salah satu pihak, biar meleset atau tidak," katanya.

Dan kepada orang-orang Islam yang ditemuinya, ia kerap berpesan, "Tetaplah tinggal di masjidmu. Dan jika ada yang memasuki masjidmu, tinggallah di rumahmu. Dan jika ada lagi yang masuk hendak merampas harta atau nyawamu, maka bunuhlah dia!"

Keimanan Imran bin Hushain membuktikan hasil gemilang. Ketika ia mengidap suatu penyakit yang selalu menggangu selama 30 tahun, tak pernah ia merasa kecewa atau mengeluh. Bahkan tak henti-hentinya ia beribadah kepada-Nya, baik di waktu berdiri, di waktu duduk dan berbaring.

Dan ketika para sahabatnya dan orang-orang yang menjenguknya datang dan menghibur hatinya terhadap penyakitnya itu, ia tersenyum sambil berkata, "Sesungguhnya barang yang paling kusukai ialah apa yang paling disukai Allah."

Dan sewaktu hendak meninggal, ia berwasiat kepada kaum kerabatnya dan para sahabatnya, "Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, maka sembelihlah hewan dan adakanlah jamuan!"

Memang, sepatutnyalah mereka menyembelih hewan dan mengadakan jamuan. Karena kematian seorang Mukmin seperti Imran bin Hushain bukanlah merupakan kematian yang sesungguhnya. Itu tidak lain dari pesta besar dan mulia, di mana satu ruh yang tinggi dan diridhai dibawa menghadap-Nya. (dinukil dari Shuwar min Hayatish Shahabah/101 Sahabat Nabi)

Terpopuler