Kekuatan Diam (2-habis)

Red: Damanhuri Zuhri

Kamis 10 Jul 2014 02:23 WIB

Nasaruddin Umar Foto: Antara/Widodo S. Jusuf Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Membongkar aib atau memfitnah orang lain semakin marak terlihat di dalam masyarakat, terutama setelah media massa begitu marak. Ironisnya, perbuatan yang tercela ini paling banyak diminati pemirsa.

Perhatikan media infotaiment yang ditayangkan hampir semua televisi, baik televisi publik maupun berlangganan.

Yang paling banyak menyedot pemirsa ialah tayangan ini. Isi tayangannya pengungkapan selebritas, pejabat, dan tokoh-tokoh publik lainnya.

Jika tradisi pengungkapan aib, fitnah, dan gosip ini dibiarkan menjadi bagian dari budaya masyarakat maka pertanda kita membudayakan sesuatu yang sesungguhnya amat dicela agama. Jika ini terus dilakukan, wajar kalau berbagai kesulitan mendera bangsa ini.

Dalam bahasa tasawuf, diam adalah salah satu akhlak spiritual yang terpuji. Pembasuhan air wudhu pada mulut dimaksudkan untuk membersihkan ucapan-ucapan yang buruk, seperti berkata jorok, sehingga memancing nafsu birahi orang lain.

Berbohong, sehingga menyesatkan orang lain, marah, sehingga menjauhkan orang lain pada dirinya, dan memfitnah yang membunuh karakter dan karier orang lain, serta memasukan makanan haram dan makruh ke dalamnya. Semoga Ramadhan kali ini mampu menyadarkan kita untuk bermawas diri.