Kekuatan Diam (1)

Red: Damanhuri Zuhri

Kamis 10 Jul 2014 02:17 WIB

Nasaruddin Umar Foto: Antara/Widodo S. Jusuf Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Pepatah sering mengingatkan kita, “Diam itu emas, bicara itu perak.” Ternyata, semangat yang terkandung di dalam pepatah ini sejalan dengan peringatan Tuhan, “Dia (Zakaria) berkata: Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda, (Allah) berfirman, ‘Tandamu ialah engkau tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat.’” (QS Maryam [18]:10).

Firman Allah ini menunjukkan, menahan diri untuk tidak berbicara kepada manusia ternyata sesuatu yang sulit. Apalagi, jika ada objek pembicaraan yang menarik untuk dibicarakan. Bahkan, Alquran menyerukan kita sesekali berada dalam suasana sunyi senyap untuk mengingat Allah SWT.

Allah menegaskan, “Sunyi senyaplah segala suara karena (takut) kepada Allah Yang Maha Pengasih, sehingga tiada Engkau dengan kecuali suara halus (bunyi telapak kaki).” (QS Thaha [20]:108).

Selain itu, ditemukan beberapa hadis yang menasihati kita membatasi diri untuk bicara, apalagi bicara sembarangan.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah berkata dengan baik atau lebih baik diam.”

Seruan dan peringatan Allah dan Rasul-Nya agar manusia membatasi diri bicara, terutama jika yang dibicarakan itu menyangkut aib atau fitnah yang dapat menghancurkan nama baik orang lain, sangat banyak mendapatkan banyak penekanan.

Ini bisa dimaklumi, pembicaraan yang dapat menjadi malapetaka orang lain selalu terjadi di dalam sejarah umat manusia di dalam perjalanan hidupnya. Ilustrasi amat buruk bagi orang yang tega menghancurkan orang lain melalui fitnah disebutkan Alquran.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hujurat [49]:12).