Uighur Abaikan Larangan Puasa (1)

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Chairul Akhmad

Rabu 09 Jul 2014 16:27 WIB

Keluarga Muslim Uighur di Xinjiang. Foto: Antara/Ismar Patrizki/c Keluarga Muslim Uighur di Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, KASHGAR – Otoritas Cina memberlakukan sejumlah larangan bagi Muslim Uighur di Xinjiang. Pada Ramadhan pemerintah melarang pegawai negeri sipil dan pelajar berpuasa.

Kelompok penggiat hak asasi manusia menilai, larangan itu bersifat sistematis untuk menghapus identitas Muslim Uighur, sehingga mereka lupa agama dan budaya nenek moyangnya.

Namun, di Kota Kashgar, Provinsi Xinjiang, Muslim Uighur banyak tak mematuhi larangan-larangan tersebut. Seperti dikutip Aljazeera, Sabtu (5/7), di kota paling barat Cina yang berbatasan dengan Tajikistan dan Kyrgystan itu, penduduk lokal justru semakin giat dan khusyuk beribadah. Muslim di sini menemukan cara menegakkan Islam. Mereka tetap menghadiri masjid atau membaca Alquran.

Berdasarkan aturan setempat, selain pegawai negeri, anak-anak di bawah usia 18 tahun juga dilarang datang ke masjid. Kendati begitu, pada bulan suci ini puluhan jamaah putra dengan menggandeng anak-anak mereka datang ke masjid untuk menunaikan shalat Tarawih berjamaah.

Anak-anak berdiri di samping orang tuanya meniru gerakan shalat. "Tentu, hal ini (membawa anak-anak ke masjid) melanggar hukum, tapi kami tetap melakukannya," kata seorang warga Ghulam Abbas, dikutip dari Aljazeera, Ahad (6/7) lalu.

Dia menambahkan, sudah menjadi tradisi, orang tua mengirim anaknya ke maktaps atau sekolah paruh waktu di masjid. Di sekolah itu, anak-anak belajar menghafal Alquran. Tapi, tradisi ini kini telah dilarang.

Saat ditanya apakah Uighur sekarang sudah lupa melafalkan Alquran, Abbas lantas menyuruh anak laki-lakinya yang berusia delapan tahun melafalkan beberapa ayat Alquran. "Mereka ingin anak-anak kami melupakan Islam. Kami tidak diizinkan mengajarkan mereka Alquran, tapi kami melakukannya secara diam-diam di rumah," kata Abbas.

Larangan lain, seperti berpuasa, bagi siswa sulit dihindari. Guru juga dilarang berpuasa dan meminta murid untuk tidak melakukan puasa. Tapi, seorang pelajar sekolah menengah atas Mehmet mengatakan, hal itu bergantung gurunya. Beberapa guru ada yang membawa air, roti, dan permen dan memaksa murid memakannya.

Pemerintah juga melarang jilbab tertentu. Pakaian abaya yang sangat populer empat atau lima tahun lalu kini dilarang.

Bahkan, buku bacaan Islam, termasuk Alquran, harus mendapat persetujuan dari pemerintah. Jika tertangkap membaca Alquran dengan terjemahan yang berbeda atau buku dari Arab Saudi atau Pakistan, warga akan dipenjara.

Terpopuler