REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG –- Larangan berpuasa oleh pemerintah Cina terus digencarkan. Kini mahasiswa Muslim yang tertangkap berpuasa akan segera dikeluarkan dan dicabut ijazahnya.
Seperti yang dikabarkan Radio Free Asia, Selasa (8/7), sebuah universitas di Kashgar masih termasuk bagian Xinjiang telah memperingatkan etnis minoritas mahasiswa Muslim Uyghur akan segera dikeuarga apabila diketahui berpuasa.
“Administrasi kampus kami secara tegas melarang mahasiswa muslim Uighur untuk berpuasa dan dan melakukan kegiatan agama lainnya selama Ramadhan,” ujar salah seorang mahasiswa muslim Uighur dengan menggunakan bahasa anonim.
Ia menggunakan bahasa anonim dikarenakan takut mendapatkan hukuman dari pihak universitas karena telah berbicara dengan media asing. “Hal itu sangat jelas bagi kita, mereka yang menolak untuk makan diperingatkan akan diusir dari perguruang tinggi dan dicabut ijazah mereka,” lanjutnya.
Langkah kontroversial yang dilakukan oleh Kampus Normal Kashgar ini, setelah para pejabat pemerintahan di Xinjiang mengatakan pelarangan berpuasa dan melakukan pratik agama lainnya selama Ramadhan bagi umat Muslim Uighur termasuk PNS, siswa, dan guru.
Permasalah tersebut telah memicu protes besar dari kelompok hak asasi manusia yang menyebutkan apa yang teleh dilakukan oleh pemerintah Cina itu adalah tindakan diskriminatif.
Ia bercerita, selama jam berpuasa, pihak perguruan tinggi dan mendistribusikan air minum dan menawarkan makan siang gratis kepada para siswa. Kemudian, apabila ada yang menolak, maka nama mereka akan dituliskan dalam daftar hitam dan akan diteruskan ke pimpinan Partai Komunis Cina yang berkuasa di berbagai fakultas.