REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mengawali bulan suci Ramadan pada tanggal 28 Juni, warga Muslim Amerika dari berbagai latar belakang di seluruh Amerika, berkumpul di masjid-masjid dan rumah-rumah untuk berbuka puasa, tarawih dan bersedekah.
“Shalat tarawih pada bulan Ramadan merupakan suatu ungkapan ketaatan dan permintaan maaf”, kata Said Ali, seorang dokter Amerika Muslim seperti dilansir VOA, Rabu (9/7).
“Tiap malam kami membaca satu juz dalam kitab suci al-Quran, jadi pada akhir bulan, kami menyelesaikan 30 juz dari al Quran itu," kata Ali.
Abdulla Mahrum membaca al Qur’an di Pusat Islam Dar Al-Hijra di Virginia. Dia datang ke Amerika pada bulan Ramadan 2003 dalam sebuah tur membaca al Qur’an di beberapa masjid di seluruh Amerika. Talentanya yang langka itu sangat dibutuhkan, sehingga ia kemudian memperoleh ijin menetap di Amerika.
“Khususnya pada bulan Ramadan, warga Muslim Amerika tertarik datang ke Islamic Center yang menawarkan pembacaan Alquran terbaik dan pekerjaan saya disukai, serta saya mulai melatih generasi muda Muslim Amerika agar mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar,” katanya.
Apapun negara asal mereka, warga Muslim Amerika menjalankan ibadah pada bulan Ramadan dengan serangkaian upacara agama yang tradisional. Keluarga Muslim berbelanja di toko-toko daging halal, menyiapkan hidangan berbuka puasa dengan keluarga dan teman serta bersembahyang bersama.
Namun, Shala Haroun, seorang warga Muslim Amerika dari Kashmir, tidak bisa berkumpul dengan keluarga besarnya pada bulan Ramadan. "Ramadan di negara asal kami jauh lebih menyenangkan, lebih banyak keluarga, komunitas India yang lebih besar dan bisa bersama seluruh keluarga, sedangkan di sini, kami hanya dengan beberapa anggota keluarga saja”, kata Haroun.
Tantangan
Warga Muslim Amerika harus melewati hari kerja yang panjang dan di kelilingi oleh rekan kerja yang tidak berpuasa, tapi bagi Mohamed Ibrahim itu bukan tantangan yang sulit. “Saya harus berpuasa karena puasa adalah tugas agama saya, jadi tidak jadi masalah dengan orang lain”.
Imam Hassan Qazwini mengetuai Islamic Center of America di Dearborn, Michigan, di mana banyak warga Muslim bermukim dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. "Tiap malam setelah shalat, Islamic Center akan mengadakan acara khusus pembacaan Alqurann, disusul dengan pemahamannya dan juga beberapa kuliah terkait ajaran Islam."
Dia mengatakan, sebanyak seribu orang hadir dalam sholat malam di Islamic Center of America selama Ramadan, dan umumnya yang hadir disana adalah warga Muslim yang lahir di Amerika.
"Kami mempunyai program khusus yang diramu untuk remaja yang berbicara Inggris, karena mereka akan menjadi duta Islam bagi non-Muslim.” kata Qazwini.
Bagi kelompok-kelompok Muslim Amerika, Ramadan memberi peluang untuk mendidik masyarakat Amerika lainnya tentang mengenai hari-hari suci Muslim dan agama Islam.
Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Islam Amerika yang bermarkas di Washington, DC, Nihad Awad mengatakan, Ramadan merupakan suatu kesempatan untuk membantu perkembangan dialog antar agama.
Acara-acara pendidikan termasuk mengadakan open house di masjid-masjid setempat dan di Pusat-Pusat Islam; dakwah-dakwah umum Ramadan, dialog antar agama, buka puasa bersama dan penyiaran iklan-iklan TV yang mengingatkan orang Amerika bahwa Muslim adalah suatu bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Amerika.
Sejak awal tahun 1990-an, presiden-presiden Amerika tiap tahun mengucapkan Selamat Ramadan kepada lebih dari 1.2 milyar Muslim di seluruh dunia.