Bulan Ramadhan Beri Dampak Positif pada Pertumbuhan Ekraf

Red: Hazliansyah

Selasa 08 Jul 2014 10:46 WIB

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu saat berkunjung dan berbelanja di pasar Ramadhan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Senin (7/7). Foto: Puskompublik Kemenparekraf Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu saat berkunjung dan berbelanja di pasar Ramadhan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Senin (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan setiap tahunnya memberi dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia. Yang paling terasa adalah kenaikan di bidang kuliner dan fesyen (busana muslim).

"Dampak peningkatannya dua hingga tiga kali lebih tinggi. Untuk busana muslim, peningkatannya bisa 40 persen. Karena biasanya lebaran identik dengan baju baru," ujar Mari Elka Pangestu saat melakukan kunjungan ke Bazar Ramadhan Benhil bersama para pejabat Eselon I Kemenparekraf, Senin (7/7) kemarin.

Untuk kuliner, kata Mari, dapat dilihat dengan munculnya berbagai pusat-pusat kuliner seperti di depan pasar Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, itu. Selama bulan Ramadhan, pusat belanja kuliner yang ada sejak tahun 90-an itu menjajakan berbagai kuliner khas nusantara.

Para penjual menyajikan makanan khas daerah mulai dari masakan Sumatera, Jawa dan daerah lainnya di Indonesia.

"Dengan harga yang kompetitif, ini akan menjadi daya tarik tersendiri selama bulan Ramadhan. Akan menjadi salah satu destinasi wisata kuliner," ujar Mari.

Mari sepakat jika ke depannya perlu didirikan pusat-pusat kuliner lain yang tidak terbatas hanya saat bulan Ramadhan. 

"Dari dulu saya lihat bahwa ada potensi untuk jadi tempat kuliner di pasar rakyat. Disitu (pasar) bisa ciptakan penjualan yang baik, yang penting ada zonasi tempat untuk mereka," imbuh Mari.

Mari mencontohkan Muara Karang dan BSD sebagai acuan. Dikatakannya, dua kawasan tersebut berhasil menetapkan zonasi tempat makan yang tepat di pasar.

"Jadi siangnya adalah lokasi parkir, tapi malam adalah kuliner. Ini erat kaitannya dengan wisata kuliner tadi. Atau orang sebutnya street food, dan banyak orang yang mencari street food," papar Mari.

Namun sekali lagi Mari menegaskan pentingnya adanya standardisasi soal kemanan konsumsi dan kebersihan. 

"Kalau soal harga biasanya mereka (penjual) sudah bisa sesuaikan dengan kemampuan masyarakat," ujar Mari.

Terpopuler