Melewati Sepuluh Hari Pertama (2-habis)

Rep: c78/ Red: Damanhuri Zuhri

Selasa 08 Jul 2014 09:47 WIB

Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta. Foto: Republika/Wihdan Hidayat Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,

Masih ada yang menganggap Ramadhan sebagai ibadah musiman.

Saat banyak karyawan pulang kampung, kekosongan jamaah tertutup oleh warga asli Betawi. ‘’Jadi, kita belum pernah mengalami pengikisan jamaah, malah justru selalu bertambah,” kata Agung. Secara terpisah,

cendekiawan Muslim Didin Hafidhuddin mengatakan umat Islam perlu diingatkan ibadah Ramadhan bukan hanya di awal. Justru mendekati akhir Ramadhan, sangat diutamakan.

Tradisi menyambut Lebaran masih cenderung dianggap rutinitas tahunan makanya minim perencanaan. Akibatnya, energi yang dapat digunakan untuk beribadah menjadi terambil oleh persiapan hari raya.

Di antaranya belanja baju Lebaran atau mudik ke kampung halaman. Karena itu, Didin meminta ulama dan mubalig menjadikan Ramadhan sebagai peluang memaksimalkan pembinaan umat. Begitu pula para pengurus masjid.

‘’Mereka mesti memiliki strategi mempertahankan jumlah jamaahnya. Caranya dengan mengadakan rangkaian kegiatan yang variatif dan menarik,’’ kata Didin.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustaz Syuhada Bahri menyampaikan pandangan serupa. Ia sepakat disadari atau tidak,  sampai saat ini Ramadhan masih dipandang sebagai ibadah musiman.

Menurut dia, masih banyak orang yang menjalankan tradisi lama dengan istilah puasa tutup kendang.  Orang hanya berpuasa dan bersemangat di awal dan akhir Ramadhan.

“Warisan ketidakpahaman itulah yang membuat puasa Ramadhan masih menjadi ibadah musiman,” kata Syuhada menerangkan.

Terpopuler