Tantangan Berpuasa di Pasar Induk

Rep: c81/ Red: Agung Sasongko

Ahad 06 Jul 2014 21:11 WIB

Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur. Foto: Republika/Wihdan Hidayat Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap harinya aktivitas di Pasar Induk Beras, Cipinang, Jakarta Timur begitu padat. Demikian saat bulan suci Ramadhan tiba.

Bagaimana aktivitas puasa disana, Martin, 38 tahun, seorang kuli panggul beras mengaku tak sanggup jika harus tetap berpuasa dengan pekerjaannya tersebut. "Nggak ada yang kuat mas, kalo bawa beras tekanannya ke perut," katanya.

Bukan pekerjaan ringan memang, setiap harinya sekitar pukul enam pagi Martin sudah berangkat ke pasar Induk dari kontrakannya yang luasnya hanya 5x2 meter. Ia mulai memanggul beras sejak pagi, dan baru kembali ke kontrakannya tengah malam.

"Kadang Jam 11 atau kalau masih ada kerjaan seringnya jam Dua pagi baru pulang mas," ujarnya.

Dengan beban kerja yang demikian berat, dirinya hanya mampu mengumpulkan uang sebesar 300 ribu. Penghasilan Martin yang tak begitu besar pun tak semuanya untuk keluarganya. Terkadang pria yang sudah lima tahun bekerja sebagai kuli beras itu, harus digunakan biaya berobat serta baiya pijit rutinnya.

"Kita nggak bisa maksain setiap hari terus bekerja, saya bisa hampir setiap bulan berobat, karena badan pasti pada sakit," ujarnya.

Sebagai kuli panggul, saat sakit tentu tak ada tunjangan untuk berobat ke dokter ketika sakit. "Saya pernah ketimpa beras sekarung, temen-temen sih nyuruh istirahat tapi mandor paling cuma ketawa-tawa. Saya nggak enak kan kalau diem, padahal yang lain kerja," ungkapnya.

"Saya sih ngarepin mandornya peduli gitu, kalau sakit ya minimal nyumbang uang berobat, kerjaan kita sebagai kuli kan rawan buat kecelakan, tapi nggak ada kaya gitu bang, kalo sakit yaudah kita nanggung sendiri," kata Pria yang dulu sempat menjadi kondektur ini.

Martin yang merupakan asli warga Cikampek ini juga mengaku, saat lebaran para kuli panggul biasanya hanya mendapat tunjangan hari raya sebesar Rp 300 ribu dan 20 kg beras. "Kalau ditoko yang lain bisa sampai sejuta THR nya sama beras sekarung-sekarung," katanya.

 

"Yang saya seneng itu, kalau disini itu semuanya sudah menganggap saudara, jadi meskipun kerjaannya berat tapi tetep enak dijalaninnya," kata Martin.

Terpopuler