Kekuatan Taharah (2-habis)

Red: Damanhuri Zuhri

Sabtu 05 Jul 2014 22:16 WIB

Berwudhu (ilustrasi) Foto: Reuters/Rayaz Kabli Berwudhu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Nasaruddin Umar

Prof Rolf Ehrenfels, seorang neurolog sekaligus psikiater tersohor Eropa yang kemudian memopulerkan dirinya sebagai Baron Omar setelah masuk Islam dan mengagumi keistimwaan konsep taharah, menjelaskan, mandi keramas dengan air sejuk setelah bersetubuh (koitus) dapat memulihkan kembali lebih dari separuh saraf tegang.

Ia juga menjelaskan, di antara pusat saraf manusia yang paling sensitif ialah bagian muka, tangan, dan kaki. Dengan membasuhkan air sejuk ke tiga pusat saraf itu, akan membantu kita untuk mencapai keheningan dan kekhusyukan.

Para sufi menambahkan, daerah yang dibasuh air wudhu ialah anggota badan yang paling sering melakukan dosa, seperti mulut yang sering bohong, marah, makan dan minum dari yang tidak halal, mata yang suka memandang yang haram.

juga telinga yang sering tidak mengindahkan seruan Tuhan, tangan yang sering meraba dan bertanda tangan fiktif, dan kaki yang gentayangan ke mana-mana.

Taharah cakupannya bukan hanya kebersihan fisik (nadhafah) tetapi juga, bahkan lebih utama, ialah kebersihan batin.

Di setiap punggung Alquran sering kita jumpai tulisan ayat, “La yamassuhu illa al-muthahharun (tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.’’ (QS al-Waqi’ah (56): 78).

Orang yang hatinya bersih tentu diawali dengan fisik dan pakaian bersih lahir batin, menjadi kekasih Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya, ’’Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS al-Baqarah (2): 222).

Semoga Ramadhan kali ini betul-betul mampu membersihkan diri kita secara permanen dari berbagai kotoran, baik kotoran lahir maupun kotoran batin.

Terpopuler