China Sangkal Larangan Puasa di Xinjiang

Rep: c66/ Red: Esthi Maharani

Sabtu 05 Jul 2014 17:15 WIB

Keluarga etnis Muslim di kawasan Tacheng, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina. Foto: Antara/Ismar Patrizki Keluarga etnis Muslim di kawasan Tacheng, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Duta Besar Cina untuk Malaysia, Huang Huikang membantah adanya larangan puasa bagi Muslim di wilayah Xinjiang, Jumat (4/7). Ia mengatakan laporan yang ada mengenai larangan tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya.

Huikang menyatakan Pemerintah Cina akan segera mengkonfirmasi hal ini. Ia tidak ingin isu-isu negatif selama ini dapat berkembang semakin jauh. Huikang memastikan, Pemerintah Cina dapat segera mengklarifikasi berita yang ada dan membersihkan hal itu.

"Saya tidak berpikir hal itu benar, hal yang sebenarnya terjadi belum dapat dipastikan karena anda hanya mengetahui hal ini dari media," ujar Huikang, dalam sebuah pertemuan dengan perusahaan Malaysia, dilansir Channel News Asia, Jumat (3/7).

Media-media asing melaporkan pada rabu (2/7) lalu bahwa beberapa departemen pemerintahan di Xinjiang telah melarang Muslim di wilayah itu berpuasa selama Ramadhan. Dalam sejumlah berita yang ada, menyebutkan Pemerintah mengeluarkan larangan itu untuk melindungi kesejahteraan masyarakat.

Larangan itu juga disebut ditujukan untuk mencegah setiap instansi, baik sekolah maupun kantor pemerintah digunakan untuk mempromosikan agama. Tidak hanya itu, umat Muslim di Xinjiang juga dikatakan dilarang untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan keagamaan selama bulan suci ini.

Xinjiang merupakan wilayah dengan mayoritas Muslim di Cina. Wilayah ini menjadi rumah bagi kaum Uighur, yang merupakan minoritas di negara tersebut.Partai Komunis yang berkuasa di Cina mengatakan agama dan pendidikan harus dilakukan secara terpisah.

Para pelajar diminta untuk tidak tunduk pada pengaruh agama. Namun, hal ini hanya diberlakukan bagi Muslim Uighur. Peraturan dan pelarangan kegiatan agama bagi etnis Han di wilayah Xinjiang yang beragama baik Budha, maupun Kristen tidak pernah dilakukan Pemerintah Cina.

Terpopuler