Ramadhan di Tengah Serangan Zionis

Red: Chairul Akhmad

Kamis 03 Jul 2014 13:11 WIB

Serdadu Israel. Foto: Reuters/Ronen Zvulun Serdadu Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, Mayoritas umat Islam di dunia merayakan datangnya bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan. Tak terlebih dengan anak-anak yang bersuka cita dengan menyalakan kembang api, lentera, dan aktivitas lain.

Namun, hal tersebut tidak dirasakan Muslim, khususnya anak-anak di Jalur Gaza. Bocah di Gaza menangis ketakutan setelah pesawat Israel memborbardir wilayah mereka.

“Serangannya begitu besar sehingga saya merasa seperti ada perang baru yang dilancarkan di Gaza,” ujar Ruba al-Zaanein, seorang warga, seperti dikutip Anadolu Agency, Ahad (29/6). 

“Bukanlah senyuman dan kegembiraan yang dialami, tetapi tangisan pada anak-anak Gaza,” katanya menambahkan. 

Sebagian besar umat Islam di dunia mulai berpuasa pada Ahad. Pada Sabtu, Muslim melaksanakan shalat Tarawih. Tapi bagi warga Gaza, Sabtu malam diselimuti rasa waswas dan ketakutan.

 

Sepanjang malam, Israel bertubi-tubi meluncurkan serangan ke Gaza. Serangan itu seakan merampas keceriaan dan kebahagiaan pada awal bulan Ramadhan. “Suara pesawat itu menakutkan,” kata gadis kecil berusia sembilan tahun, Basmaka Abdurrahman, seperti dikutip Onislam.  

Dia menghadapi ketakutannya dengan bersemangat membawa lentera warna-warni di tangan dan menuju masjid setempat. Di masjid warga Gaza berdoa agar agresi Israel berakhir. 

“Ibu saya mengatakan bahwa Allah menyelamatkan Gaza jika berdoa untuk hal itu di masjid. Di masjid orang berdiri, membungkuk, bersujud sungguh-sungguh, dan berharap gemuruh di atas kepala mereka tidak merusak Ramadhan.” ujarnya.

Kondisi yang sama dirasakan Rasha Naeem, seorang ibu tujuh anak. Dia menghilangkan ketakutan anaknya yang terbangun oleh suara pesawat tempur Zionis Israel.

“Ini merupakan takdir Gaza, mengalami malam seperti ini setiap hari dan seterusnya,” kata Naeem. “Apakah tidak cukup blokade mereka selama bertahun-tahun?” tanyanya.

Serangan ke Gaza dilakukan menyusul operasi pencarian remaja Israel yang hilang. Pada Senin (30/6), remaja tersebut ditemukan tewas. Israel kembali memborbardir Jalur Gaza yang menjadi markas gerakan Hamas.

Sejak 2006, Jalur Gaza diblokade Israel dan saat itu juga pula ekonomi 1,8 juta penduduk Gaza memburuk. Warga Gaza berpuasa dengan kondisi putus asa dan kemiskinan.

Pada Mei lalu, laporan PBB menyebut kemiskinan di Gaza mencapai angka 40 persen dan 80 persennya tergantung bantuan dari luar. Dalam laporan ini juga menyebutkan 30 persen warga Gaza tidak memiliki pekerjaan atau menganggur.

Terpopuler