Pedagang Iftar Musiman Membanjir (2-habis)

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Chairul Akhmad

Kamis 03 Jul 2014 12:16 WIB

Sejumlah petugas dari Balai Besar POM (BBPOM) mengambil sampel makanan takjil yang untuk diuji apakah mengandung formalin dan pewarna tekstil. Foto: Antara/Eric Ireng Sejumlah petugas dari Balai Besar POM (BBPOM) mengambil sampel makanan takjil yang untuk diuji apakah mengandung formalin dan pewarna tekstil.

REPUBLIKA.CO.ID, Balai Besar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) mengimbau warga untuk berhati-hati membeli berbagai iftar yang saat ini banyak diperjualbelikan.

Kepala BBPOM DKI Jakarta Dewi Prawitasari dengan tegas meminta masyarakat tidak membeli iftar yang berwarna mencolok. Karena, dipastikan kue-kue tersebut menggunakan zat pewarna buatan yang berbahaya bagi kesehatan.

''Jangan pilih makanan yang berwarna ngejreng karena bisa dipastikan itu menggunakan pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi kesehatan," kata Dewi, belum lama ini.

Ia mengatakan, selain jeli melihat warna makanan, pembeli sebaiknya juga mengamati kebersihan tempat yang dijadikan lokasi para pedagang berjualan.

Jika banyak lalat atau terlihat jorok, sebaiknya tidak usah membeli makanan di sana. Begitu pula kalau terlihat kuku-kuku pedagangnya tidak bersih, itu bisa dijadikan indikator tingkat kebersihan seseorang.

Selain iftar yang rentan menggunakan bahan berbahaya, ia juga memperingatkan untuk berhati-hati membeli produk yang kerap diketahui menggunakan formalin dan boraks.

Seperti, mi basah, lontong, ketupat, bakso, dan lainnya. ''Jika dua hari masih awet meski tidak dimasukkan ke dalam kulkas, sebaiknya tidak usah dimakan lagi,'' ujar alumnus Universitas Gadjah Mada ini.

Selain dua jenis makanan itu, warga juga diminta waspada ketika membeli makanan yang dikemas dalam kaleng, botol, dan plastik.

Menurut dia, makanan kemasan itu benar-benar harus diperhatikan masa layak edarnya dan komposisinya. Karena, kata dia, pada saat bulan puasa terkadang banyak oknum pedagang yang menyelipkan stok lama.