REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- Etnis Uighur, kaum Muslim minoritas di wilayah Xinjiang, Tiongkok kembali mengalami diskriminasi rasial dan agama oleh pemerintah Tiongkok. Tahun ini mereka kembali dilarang berpuasa oleh pemerintah setempat.
"Tiongkok mengambil langkah-langkah koersif yang membatasi aktivitas beragama Uighur. Ini akan menciptakan lebih banyak konflik. Kami menyerukan kepada Tiongkok untuk menjamin kebebasan beragama bagi Uighur dan menghentikan represi politiknya selama Ramadan," kata Dilxadi Rexiti, juru bicara the Exiled World Uyghur Congress, dilansir dari IB Times, Kamis (3/7).
Xinjiang yang juga dikenal sebagai Turkestan Timur adalah wilayah otonom di barat laut Tiongkok yang 45 persennya dihuni oleh etnis Uighur. Ada sekitar 10,2 juta orang Uighur di Xinjiang, berdasarkan sensus 2002. Mereka memiliki bahasa sendiri dan menuntut kemerdekaan total dari Beijing.
Muslim Uighur sering bentrok dengan etnis Han di Xinjiang. Tiongkok menuduh militan Uighur kerap melancarkan kampanye kekerasan untuk sebuah negara yang merdeka.
Beijing juga sering dinilai melebih-lebihkan ekstremisme Uighur dan membenarkan tindakan keras terhadap agama minoritas Muslim.