REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Aini
Makanan yang dijajakan sangat khas anak muda dengan harga terjangkau.
Bagi pria berusia 50 tahun itu, berjualan es pisang ijo memberi keuntungan yang lumayan. Meski hanya berdagang sekitar dua jam, mulai bakda Ashar hingga Maghrib, ia mampu meraup keuntungan rata-rata Rp 200 ribu per hari.
Ganef mengaku, membuat sendiri sajian yang merupakan paduan dari bubur putih, pisang, dan sirup merah tersebut. ''Saya buat es pisang ijo di rumah. Kalau pada hari-hari biasa tidak laku, tapi pas puasa seperti ini laku,'' ungkapnya semringah.
Harga bersahabat
Berada di lingkungan kampus, tak heran jika lembah UGM menjadi tempat ngabuburit dan berburu makanan takjil favorit bagi para mahasiswa.
Tak hanya itu, makanan yang dijajakan pun sangat akrab di lidah anak muda. Begitu pula harganya, sangat bersahabat.
Lihat saja minuman dingin yang dijual Rifki, Agus, dan Ganef. Cukup terjangkau, bukan? Bahkan, kolak seharga Rp 1.500 per kemasan pun masih dapat dijumpai di sana.
Harga yang terjangkau tersebut tentu sangat pas dengan kantong para mahasiswa yang sebagian besar merupakan anak kos.
Makanan yang beragam dan harga terjangkau menjadi alasan utama bagi Sekarani untuk berburu makanan takjil di lembah UGM. ''Makanan dan minuman di sini murah-murah,'' kata alumnus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu.
Senja itu, ketika beduk Maghrib tinggal beberapa menit lagi berdentum, kawasan lembah UGM masih berdenyut.
Tapi, berbeda dengan satu-dua jam sebelumnya, kali itu para pengunjung yang sebagian besar anak muda sudah mendapatkan makanan takjil pilihannya.
Begitu pula Sekarani. Tangannya erat menggenggam gelas plastik berisi pisang ijo dengan sirupnya yang merah menggoda. Hmmmm ….