REPUBLIKA.CO.ID, Adapun sang uskup itu yang biasanya selalu datang ke gerejanya setiap hari Ahad untuk menyampaikan ajaran Nasrani, sejak pertemuan itu, terus berdiam di rumahnya.
Lantaran kecewa karena sang uskup tidak datang ke gereja, orang-orang pun berdatangan ke rumahnya. Kepada mereka, sang uskup mengatakan dirinya sedang sakit. Kejadian itu berlangsung berkali-kali, sehingga orang-orang mencurigainya.
Mereka lalu mengirim utusan kepada sang uskup dan memberinya peringatan. Jika ia tak mau datang lagi ke gereja, mereka akan datang beramai-ramai ke rumahnya dan akan membunuhnya.
Menurut orang-orang itu, sejak kedatangan Dhihya, sikap uskup banyak berubah. Sang uskup segera memanggil Dhihya, dan menyampaikan sepucuk surat.
"Ini suratku, ambillah dan serahkan kepada pembesarmu itu," pesan uskup itu dengan hati yang tidak tenang. "Sampaikan salamku kepadanya, dan beritahukan bahwa aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah."
"Katakan juga, bahwa aku beriman kepadanya, memercayainya, dan menjadi pengikutnya. Dan kaumku telah mengingkari semua kata-kata dan nasihatku. Ceritakan juga apa yang engkau saksikan ini," pesan uskup.
Sejak saat itu sang uskup tidak datang lagi ke gereja. Sampai akhirnya ia dibunuh. Sementara itu, sebenarnya Heraklius sudah meyakini kebenaran ajaran Islam. Namun, seperti yang ia katakan, ia malu untuk meninggalkan agama Nasrani.
Apalagi kedudukannya sebagai raja. Tidak mungkin tunduk begitu saja kepada ajaran Dhihya yang menurut mereka orang Badui. Ia segera menyuruh salah seorang utusan membawa suratnya kepada Rasulullah.
"Bawalah suratku ini kepada orang yang mengaku Nabi itu," kata Heraklius. "Tetapi dengar baik-baik apa yang dikatakannya dan ingat tiga hal berikut ini. Pertama, apa komentarnya ketika membaca suratku. Kedua, apakah dia akan menyebut perkataan 'malam' atau tidak?"
"Ketiga, usahakan sampai engkau dapat melihat di belakang tubuhnya. Adakah suatu tanda yang menarik perhatianmu? Ingat baik-baik tiga perkara ini. Beritahu aku apa yang engkau lihat!" pesan Heraklius dengan hati-hati.