Dhihya bin Khalifah Al-Kalabi, Utusan Sang Nabi (2)

Red: Chairul Akhmad

Rabu 02 Jul 2014 09:55 WIB

 Dhihya bin Khalifah al-Kalabi adalah utusan Rasulullullah kepada Romawi. Foto: Rudolp Gunold Dhihya bin Khalifah al-Kalabi adalah utusan Rasulullullah kepada Romawi.

REPUBLIKA.CO.ID, Sementara Dhihya diperbolehkan meninggalkan tempat itu, Raja Romawi terus bertukar pendapat dengan sang uskup.

Kebetulan, waktu itu, Abu Sufyan bin Harb sedang berada di Romawi. Kala itu ia belum masuk Islam. Ia dipanggil oleh Kaisar untuk dimintai keterangan tentang Muhammad SAW.

"Coba engkau beritahu kami tentang orang yang mengaku Nabi di negerimu itu!" tanya Kaisar.

"Dia seorang anak muda," jawab Abu Sufyan.

"Bagaimana kedudukannya dalam pandangan masyarakatmu?"

"Tidak ada yang melebihi kedudukan dan keturunannya," jawab Abu Sufyan jujur.

"Ini tentulah tanda-tanda kenabian," Kaisar berbisik-bisik kepada orang-orang di sampingnya.

"Bagaimana bicaranya, apakah dia selalu berkata benar?"

"Betul," jawab Abu Sufyan, "Dia memang tidak pernah berkata dusta."

"Ini lagi satu tanda-tanda kenabian!" Kaisar terus berbisik-bisik kepada orang-orang yang mengiringnya itu. "Baiklah," kata Kaisar lagi. "Adakah di antara pengikutnya yang meninggalkan agama nenek moyangmu, kembali ke agama mereka lagi?"

"Tidak," jawab Abu Sufyan.

"Ini lagi satu tanda-tanda kenabian!" kata Kaisar pula. "Apakah terjadi peperangan di antara kamu dengannya?"

"Ya," jawab Abu Sufyan.

"Siapa yang selalu menang?"

"Kadang-kadang dia menang, kadang-kadang kami mengalahkannya," jelas Abu Sufyan.

"Ini lagi satu tanda-tanda kenabian," kata Kaisar Romawi itu.

Beberapa saat kemudian Dhihya Al-Kalbi dipanggil oleh Kaisar Romawi, seraya berkata, "Sampaikanlah berita kepada pembesarmu itu, bahwa aku tahu dia memang benar Nabi, tetapi apa daya, aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku tak mau ditumbangkan dari kerajaanku."

Terpopuler