Cerita Para Mualaf di Kampung Sawah yang Berpuasa

Rep: c67/ Red: Bilal Ramadhan

Selasa 01 Jul 2014 15:30 WIB

Mualaf (Ilustrasi) Foto: Onislam.net Mualaf (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI— Tidak seperti umat Islam pada umumnya dalam melaksanakan ibadah puasa. Bagi para mualaf, menjalankan ibadah puasa serasa menjadi hal yang berat untuk dilaksanakan. Pasalnya, ibadah puasa selama satu bulan tidak pernah mereka lakukan.

Butuh keinginan yang kuat bagi para mualaf untuk bisa melaksanakan ibadah puasa seperti seseorang yang beragama Islam sejak lahir. Selain itu, kesabaran merupakan sesuatu yang tak bisa dilepaskan dari para muallaf dalam melaksanakan ibadah puasa.

Sri Nur Naningsih, menjadi muallaf sejak tahun 2009. Sebelumnya, Ia beragama protestan dan kini menjadi binaan kampung mullaf kampung sawah yayasan Baitul Maqdis, Bekasi, Jawa Barat. Sri menceritakan pengalaman berpuasanya.

Pengalaman pertamanya menjalankan ibadah puasa ia lakukan sangat berat. Pasalnya, ibadah puasa tidak pernah Ia lakukan saat masih beragama Protestan. Namun, setelah berjalan lima tahun dirinya sebagai muallaf, setiap tahun ibadah puasanya mengalami peningkatan.

Rasa berat untuk melaksanakan ibadah puasa seperti saat pertama kalinya, kini lambat laun mulai hilang. “Sekarang alhamdulillah lancar,” ujar Sri.

Sri merasa beruntung, karena mendapatkan bimbingan lewat pengajian tentang keislaman setiap satu minggu sekali di masjid Hikmah oleh yayasan Baitul Maqdis. Melalui pengajian tersebut, kata Sri, bisa memperoleh pemahaman tentang Islam.

Tidak banyak yang dilakukan Sri selama bulan Ramadhan. Ia mengaku hanya membaca Al-quran setiap harinya sebanyak dua surat yang dibacanya setiap selesai shalat dhuhur. Tidak ada kegiatan khusus pada bulan Ramadhan di Kampung Sawah.

Novi Yulianti, binaan mualaf Kampung Sawah lainnya mengaku bulan Ramadhan banyak memberikan hikmah. Di antaranya, kata Novi, pada bulan ramadhan, rezeki menjadi lebih meningkat daripada hari-hari biasa. Ia bersyukur sejak pertama kali berpuasa, mampu ia lakukan sehari penuh.

Sama halnya seperti yang dilakukan Sri, Novi menyempatkan diri untuk membaca Alquran setiap harinya yang tahun ini ditergetkan satu hari satu juz. Namun, Novi mengaku, pada bulan hampir keseluruhan fokus kepada kegiatan pribadi. Pasalnya, kegiatan pengajian yang biasa Ia ikuti, pada bulan Ramadhan diliburkan.

Dengan demikian, lanjut Novi, bulan Ramadhan, dalam meningkatkan nilai spritual keagamaan lebih  banyak dia lakukan sendiri dengan membaca Alquran. Mempersiapkan sahur dan berbuka puasa keluarga menjadi kegiatannya selama bulan Ramadhan. “Tarawih setiap malam lancar,” katanya.

[removed][removed] [removed][removed]

Terpopuler