Yuk..Cari Jajanan Berbuka di Pasar Sore Kauman Yogyakarta

Rep: Heri Purwata/ Red: Agung Sasongko

Senin 30 Jun 2014 22:00 WIB

Jajanan Ramadhan Foto: Antara Jajanan Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Setiap bulan Ramadhan, Gang Kampung Kauman Yogyakarta yang panjangnya kurang lebih 100 meter selalu dipenuhi pedagang makanan kecil seperti kicak, carang gesing, jadah manten, resoles, aneka es, dan lain-lain serta aneka lauk, pada sore hari. Ada sekitar 50 meja yang disediakan pengelola Pasar Sore Kauman ini.

Menurut Edy Purnomo, Seksi Bangunan dan Kapling Pasar Sore Kauman Yogyakarta, panitia yang menyediakan meja dan tenda. Sedang pedagang tinggal datang dan membawa dagangannya.  "Setiap kaplingnya ditarik sewa Rp 150 ribu selama satu bulan," kata Ipung, panggilan akrab Edy Purnomo kepada ROL di Kauman Yogyakarta, Senin (30/6).  

Dijelaskan Ipung, para pedagang yang berjualan di Pasar Sore Kauman ini tidak lagi warga Kauman. Namun sudah ada warga dari luar Kauman. "Kita tidak bisa menolak pedagang dari luar yang ingin berjualan di sini,"  kata Ipung.

Sedang pemasok makanan kecil yang dijual di Pasar Sore masih didominasi warga Kauman Yogyakarta. Sebab membuat makanan kecil sudah merupakan pekerjaan warga Kauman. "Kalau hari-hari di luar Bulan Ramadhan membuat dagangannya pagi hari dan dijual di warung-warung sekitar Kauman," katanya.

Sedangkan di Bulan Ramadhan karena pagi hari tidak membuat dagangan maka membuatnya siang untuk dijual sore hari. Sehingga mereka tidak kehilangan penghasilan di bulan puasa.

Kemudian untuk harga makanan, panitia juga telah menetapkan margin keuntungan yang diperoleh penjual. "Ada standar keuntungan yang diperoleh penjual yaitu antara Rp 100-200 per item makanan. Sehingga harga makanan di sini terjangkau seluruh lapisan masyarakat," ujarnya.

Harga makanan kecil per itemnya antara Rp 1.500 hingga Rp 4.000. Sedangkan untuk lauk seperti garang asem ayam harga per bungkusnya Rp 23.000. "Garang asem ayamnya seperempat," kata Ipung.

Sedang untuk kenyamanan para pedangang, panitia juga telah memberikan fasilitas. Selain meja, juga atap yang semula dari terpal, kini sudah diganti dengan seng. Sedang penyangganya terbuat dari besi yang bisa dicopot bila tidak digunakan lagi.

Setelah pakai seng, air langsung jatuh ke tanah dan tidak mengancam membasahi makanan. "Kalau pakai terpal, susahnya ketika pas hujan. Ada air yang nyangkut di atas terpal sehingga bisa membasahi daganganm Kalau pakai seng ini cukup aman," katanya.

Menurut Ipung, setiap pedagang selalu habis dagangannya. Ia memprediksikan setiap pedagang dapat mengumpulkan keuntungan antara Rp 2-5 juta dalam kurun waktu satu bulan.

Terpopuler