Ashim bin Tsabit, Pahlawan tak Terkalahkan (2)

Red: Chairul Akhmad

Senin 30 Jun 2014 16:46 WIB

Ashim dipercaya oleh Rasulullah untuk melakukan tugas penting. Foto: Trueclassics.net Ashim dipercaya oleh Rasulullah untuk melakukan tugas penting.

REPUBLIKA.CO.ID, Sulafah memeluk tubuh anaknya yang setengah sekarat. Kemudian diletakkannya kepala anak itu ke pahanya.

Dibersihkannya darah dari kening dan mulutnya. Air matanya kering karena pukulan berat yang sangat mengguncang hatinya.

Kemudian, ditatapnya wajah anaknya seraya bertanya, “Siapa lawan yang menjatuhkanmu?”

Dengan nafas putus nyambung Julas menjawab, “Ashim bin Tsabit, dia pula yang memukul roboh Musafi dan...”

Belum habis dia berbicara, nafasnya sudah putus. Sulafah binti Sa’ad bagaikan orang gila. Dia menangis dan meraung sekencang-kencangnya.

Dia bersumpah dengan Lata dan Uzza, tidak akan makan dan menghapus air mata, kecuali bila orang Quraisy membalaskan dendamnya terhadap Ashim bin Tsabit, dan memberikan batok kepala Ashim kepadanya untuk dijadikan mangkok tempat minum khamr.

Dia juga berjanji akan memberikan hadiah dan uang yang banyak bagi orang yang dapat menyerahkan Ashim bin Tsabit kepadanya, hidup atau mati!

Janji Sulafah itu tersiar cepat ke seluruh Quraisy. Setiap pemuda Makkah berharap mereka dapat memenangkan lomba itu, dan membawa Ashim kepada Sulafah untuk memperoleh hadiah besar yang dijanjikannya.

Seusai Perang Uhud, kaum Muslimin kembali ke Madinah. Mereka membicarakan pertempuran yang baru dialami. Sama-sama memperlihatkan rasa sedih atas pahlawan-pahlawan yang syahid, memuji keberanian orang-orang yang terluka, dan sebagainya.

Mereka pun tidak ketinggalan menyebut nama Ashim bin Tsabit yang dikatakan sebagai pahlawan gagah tak terkalahkan. Mereka kagum bagaimana Ashim mampu merobohkan tiga bersaudara sekaligus.

Seorang di antaranya berkata, “Itu soal yang tidak perlu diherankan. Bukankah Rasulullah pernah mengingatkan ketika beliau bertanya bebarapa saat sebelum berkobar Perang Badar, “Bagaimana caranya kamu berperang?”

Lalu Ashim tampil dengan busur panah di tangan, lalu berkata, “Jika musuh berada di hadapanku seratus hasta, aku panah dia. Apabila musuh mendekat dalam jarak tikaman lembing, aku bertanding dengan lembing sampai patah. Jika lembingku patah, kuhunus pedang, lalu aku main pedang.”

Maka Rasulullah bersabda, “Nah, begitulah berperang. Siapa yang hendak berperang, berperanglah seperti Ashim.”

Terpopuler