Marhaban Ya Ramadhan

Red: Chairul Akhmad

Senin 30 Jun 2014 16:38 WIB

Ramadhan diharapkan mampu menghanguskan dosa masa lalu, mulai dosa kecil sampai dosa besar. Foto: Republika/Yasin Habibi Ramadhan diharapkan mampu menghanguskan dosa masa lalu, mulai dosa kecil sampai dosa besar.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Bulan yang sudah lama dinanti para pencintanya akhirnya tiba. Ada banyak alasan mengapa orang begitu dalam mencintai Ramadhan, begitu besar harapan mereka terhadap Ramadhan.

Bahkan, para nabi sebelum Muhammad SAW mendambakan hidup kembali menjadi umat Rasulullah SAW dengan alasan ada Ramadhan.

Mungkin banyak alasan subjektif lain, sehingga begitu banyak orang merindukan Ramadhan, termasuk Nabi Muhammad SAW, sebagaimana tecermin dalam doa: Allahumma ballighna Ramadhan (Ya Allah sampaikanlah umur saya pada Ramadhan).

Sesuai namanya, Ramadhan, secara harfiah berarti menghanguskan dan membakar. Ramadhan diharapkan mampu menghanguskan dosa masa lalu, mulai dosa kecil sampai dosa besar. Ramadhan diharapkan mampu membakar semangat jihad, ijtihad, dan mujahadah, sehingga kita mampu mencapai tingkat kedekatan diri dengan Tuhan.

Ramadhan juga diharapkan mendatangkan berkah untuk kehidupan duniawi dan ukhrawi kita. Sejarah menunjukkan, prestasi umat dan dunia Islam banyak terjadi saat Ramadhan. Seolah sejarah Islam adalah sejarah Ramadhan.

Banyak peristiwa monumental terjadi di bulan suci Ramadhan, antara lain: Pertama, untuk pertama kali turunnya ayat suci Alquran yang menandai pelantikan Muhammad SAW sebagai Nabi. Kedua, kemenangan besar pasukan Rasulullah dalam Perang Badar yang bersejarah itu, bertepatan 17 Maret 624 M/17 Ramadhan tahun ke 7 H.

Ketiga, pada Ramadhan 8 H juga terjadi perebutan kembali Kota Makkah (fathu Makkah). Keempat, perjanjian Tsaqif yang monumental pada Ramadhan 9 H. Kelima, diplomasi Qadisiyah, yang membawa keuntungan besar bagi umat Islam, juga pada Ramadhan 15 H.

Keenam, penaklukan Rodesia pada Ramadhan 53 H. Ketujuh, perang Andalusia Spanyol pada Ramadhan 91 H. Kesembilan, penaklukan Kota Spanyol juga terjadi pada Ramadhan 92 H.

Kesepuluh, panglima perang Muslim Salahuddin al-Ayyubi menghalau pasukan Salib dan merebut Kota Surya juga pada Ramadhan 584 H. Bahkan, pasukan Salib dikalahkan pasukan Muslim di Baibars juga pada Ramadhan 675 H.

Selain itu, beberapa negara Islam memperoleh kemerdekaan dari penjajah pada Ramadhan, termasuk Republik Indonesia, memproklamirkan kemerdekaannya pada Ramadhan yang bertepatan dengan 17 Agustus 1945.

Sejarah juga mencatat sejumlah pusat kerajaan lokal di kepulauan nusantara menyerah pada sistem pemerintahan yang bercorak Islam (sulthan), termasuk di antaranya Kerajaan Bone Sulawesi Selatan, kerajaan terakhir di kawasan timur Indonesia. Sesuatu yang kebetulan hanya satu atau lebih peristiwa.

Tetapi, jika sedemikian banyak peristiwa secara konsisten dalam waktu yang sama, rasanya bukanlah kebetulan, tetapi memang pantas disebut berkah, seperti peristiwa demi peristiwa monumental saat Ramadhan.

Kita tentu harus bersyukur dengan umur dan kesempatan yang Allah berikan untuk bisa menjumpai Ramadhan, bulan bagi yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Marhaban Ya Ra madhan.

Terpopuler