Derita Warga Pakistan Jalani Puasa di Kamp Pengungsian

Rep: c83/ Red: Agung Sasongko

Senin 30 Jun 2014 16:00 WIB

Seorang Muslim Pakistan mempersiapkan tajil berbuka puasa bersama di sebuah masjid di Karachi pada hari pertama Ramadhan. Di Pakistan, Ramadhan hari pertama jatuh pada 2 Agustus. Foto: AP Photo/Shakil Adil Seorang Muslim Pakistan mempersiapkan tajil berbuka puasa bersama di sebuah masjid di Karachi pada hari pertama Ramadhan. Di Pakistan, Ramadhan hari pertama jatuh pada 2 Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANNU -- Sekitar setengah juta warga Pakistan mengungsi akibat serangan militer. Para Pengungsi ini menjalani ibadah puasa di kamp pengungsian dan di tengah kekurangan pangan.

Kekurangan Pangan ini seringkali menimbulkan kerusuhan antar sesama pengungsi. Seorang Warga di kota Bannu, Niaz wali Khan (55) mengatakan kepada AFP bahwa ia telah mengantri selama empat hari tetapi tidak mendapatkan apapun sama sekali. 

"Kami tertekan atas serangan militer dan mereka harus bertanggung jawab atas penderitaan kami," kata Khan. Ia menambahkan, Operasi militer ini telah berlangsung sebelum Bulan Suci Ramadhan tiba dan masih berlangsung hingga saat ini.

"Kami menghadapi kesulitan ekstrim setelah perpindahan ini tetapi aku akan tetap berpuasa dengan harapan bahwa Allah akan memecahkan masalah ini," ujarnya.

Warga Pakistan yang mengungsi telah menghabiskan semua uang untuk membayar dan menyewa kendaraan agar bisa sampai di kamp pengungsian.  "Sekarang sepertinya kita hanya akan memiliki air yang tersisa untuk berbuka puasa,"  kata Khan.

Namun, Beberapa warga meragukan bahwa mereka akan mampu menjalani ibadah puasa di kamp pengungsian ini.

Seorang Sopir taksi Shakeeb Ur Rehman (40), mengatakan Rumahnya   telah dibuldoser oleh militer dan mobilnya hancur dalam aksi pemboman. "saya pikir ulama harus mengeluarkan dekrit bahwa kami dapat dibebaskan untuk tidak berpuasa, " ujarnya. c83. marniati

Terpopuler