Rawayan Keterbukaan Puasa (3-habis)

Red: Chairul Akhmad

Senin 30 Jun 2014 15:03 WIB

Puasa dalam konsepsi Islam merupakan aktivitas spiritual yang bertabur ajaran perilaku. Foto: Republika/Tahta Aidilla Puasa dalam konsepsi Islam merupakan aktivitas spiritual yang bertabur ajaran perilaku.

Oleh: Asep Salahudin*

Relasi tersebut tidak hanya harus ada namun menjadi bagian integral dari modus “keberadaan” kita.

Kita ada (eksis) karena adanya orang lain. Bukan sebaliknya, kita “ada” karena orang lain dianggap “tidak ada” apalagi menganggap keberadaan orang lain sebagai neraka seperti isyarat Jean Paul Sartre: orang lain adalah neraka.

Fenomena mengenaskan inilah yang terjadi hari ini. Dalam 10 tahun terakhir kita saksikan ada sebagian ormas, baik yang mengusung risalah keagamaan ataupun ormas kebangsaan yang dengan jemawa mengklaim paling benar dan beranggapan di luar dirinya sebagai keliru.

Data Setara Institute menunjukkan serangan atas nama agama naik dari 135 kasus pada 2007 menjadi 216 kasus pada 2010 dan 244 kasus pada 2011. Kekerasan itu dilakukan terhadap Ahmadiyah, Bahai, Kristen, Syiah, dan berbagai gerakan tarekat.

Data 2009, bahkan menyebut dari 291 tindakan kekerasan atas nama agama, 139 pelanggaran melibatkan negara sebagai aktor, baik melalui 101 tindakan aktif negara (by commission), maupun 38 tindakan pembiaran (by omission).

Sikap-sikap seperti ini apabila terus dibiarkan oleh negara yang notabene satu-satunya pemilik otoritas untuk menciptakan tertib sosial maka bisa mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara.

Kebinekaan yang telah tersemai dalam payung besar Pancasila dapat rontok oleh segelintir ormas yang “kurang” paham tentang falsafah keragaman dan makna kemajemukan

Alhasil, puasa ternyata mengajarkan bukan hanya bagaimana kita membangun hubungan yang harmonis dengan Tuhan, namun juga memiliki interaksi simbolis dengan keharusan kita untuk bersedia membina hubungan yang harmonis dengan sesama hatta dengan yang berbeda.

Jika seperti ini maka puasa sejatinya adalah interupsi tentang keharusan mengembalikan agama kepada fitrahnya: iman yang memberikan rasa aman kepada semesta dan Islam yang mengajarkan kedaifan kita sebagai hamba di hadapan Sang Kuasa.

*Wakil Rektor IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Terpopuler