REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Sedikitnya 41 macam wadai atau kue khas masyarakat suku Banjar, Kalimantan Selatan, menghiasi "Pasar Wadai" Ramadan 1435 Hijriah yang digelar Pemerintah Kota Banjarbaru, Senin (30/6).
Pasar wadai yang rutin digelar setiap bulan Ramadhan dan dipusatkan di Jalan Taman Gembira Timur itu, dibuka secara resmi oleh Wali Kota Banjarbaru Ruzaidin Noor didampingi unsur forum komunikasi pimpinan daerah setempat.
"41 macam wadai khusus kami hadirkan supaya masyarakat tahu jenis kue atau penganan khas orang Banjar yang bisa dinikmati terutama untuk berbuka puasa," ujar wali kota di sela kunjungan ke stan "Wadai 41".
Ada pun jenis kue atau wadai khas Banjar yang dipajang di stan di antaranya cincin, wajik, cucur, cingkaruk, kayu apu, sasunduk lawang, kakoleh, putri selat (sejenis puding), kalepon buntut, laksa, apam balambar (apem basah), apam putih, dan pais sagu.
Kemudian, wadai putri bekunjang, bingka tapai, aloha, bingka kentang, amparan tatak, intalu (telur) keruang, apam habang (apem merah), jaring baras (beras), gagauk, rangai, kararaban, gagati, wadai sari, petah, kulit langsat, bubur baayak, kakicak.
"Masih ada beberapa macam wadai lain yang seluruhnya merupakan kuliner khas suku Banjar sehingga kami berupaya menghidupkan kembali makanan yang produksinya tidak banyak lagi," ungkapnya.
Menurut dia, Pemkot melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga bekerja sama dengan salah satu pusat perbelanjaan menyediakan stan "Wadai 41" yang bisa dibeli dan dinikmati masyarakat. "Stan "Wadai 41" hanya digelar satu hari di Pasar Ramadan ini, karena selanjutnya ada stan khusus di pusat perbelanjaan Q Mal Jalan Ahmad Yani Km 37 yang menjual kue khas masyarakat suku Banjar," ujarnya.
Wali kota mengatakan, dibukanya Pasar Ramadan yang menjual berbagai makanan dan minuman berbuka puasa sebagai bentuk kepedulian Pemkot menyediakan tempat berbelanja bagi keperluan masyarakat. Selain itu, kata dia, juga sebagai upaya menumbuhkan ekonomi kreatif yang bisa dimanfaatkan masyarakat menjual beragam produk makanan dan minuman yang dijual kepada masyarakat lainnya.
"Penjualan wadai dan makanan lain memang tidak bisa dipusatkan di Pasar Ramadan ini karena banyak pasar dadakan yang tumbuh tetapi kami berharap bisa memenuhi kebutuhan berbuka puasa," katanya.
Sementara itu, stan "Wadai 41" cukup mendapat perhatian sejumlah pengunjung karena mereka ingin melihat kue bahari atau lama yang sekarang produksi maupun penjualnya hampir tidak ada lagi. "Oh ini ya wadai cingkaruk, gagati dan kekicak. Baru kali ini saya melihat bentuknya," ucap salah seorang perempuan paruh baya saat melihat jejeran "wadai 41" yang dipajang di stan tersebut.